youngster.id - Raksasa e-commerce dunia mulai masuki Indonesia. Akankah keberadaan e-commerce lokal terancam ? Seberapa peluang mereka menghadapi para raksasa tersebut?
Berdasarkan riset dari iPrice, para raksasa e-commerce ini masuk ke Indonesia melalui beberapa e-commerce lokal. Seperti Alibaba Group melalui pendanaan di beberapa e-commerce Indonesia, JD.com melalui JD.ID. Belakangan ini santer berita akan masuk Amazon yang sudah eksis di Singapura dan Australia. Akankah ini menjadi ancaman ?
“Kehadiran para raksasa ini akan membuat para e-commerce lokal berlari lebih kencang,” ucap Elisa Suteja Senior Analyst East Ventures dalam diskusi bersama iPrice Group belum lama ini di Jakarta.
Menurut dia, masih banyak pasar e-commerce lain yagn belum digarap. Bahkan Elisa yakin, investor asing akan terus masuk ke e-commerce Indonesia karena masih banyak pelaku pasar digital yang masih berada pada fase tengah berkembang.
“Bisa dengan vertikal market atau e-commerce yang menjual produk yang fokus. Saya mengibaratkan ingin membeli kosmetik. Jika membeli di supermarket pasti ada banyak pilihan kosmetik namun berbeda apabila membeli di toko kosmetik. Di sana konsumen akan mendapatkan lebih banyak pengalaman, bisa berdiskusi dengan pemiliknya seperti apa makanan yang sehat, mana makanan yang cocok untuk tipe kucing tertentu, dan mereka memiliki lebih komunitas yang lebih terfokus,” paparnya.
Elisa menambahkan peluang e-commerce masih terbuka lebar seperti di AS ketika eBay dan Amazon menguasai pasar. Meski demikian, pelaku startup masih banyak yang bisa tumbuh.
Sementara itu Senior Content Marketer iPrice Group Andrew Prasatya mengatakan pasar Asia Tenggara dan Amerika Serikat sangat berbeda. Dari pola pikir hingga sistem pembayaran (payment).
Andrew memberikan pesan agar pelaku e-commerce mendahulukan pemenuhan kebutuhan konsumen. Artinya e-commerce tidak boleh hanya berpatok pada penjualan semata.
“Konten marketing harus didik orang bagaimana belanja online apalagi banyak kecurigaan di belanja online. Pola pikirnya masih penjualan, konten itu harusnya mengedukasi dan nyaman ketika datang ke e-commerce,” tutup Andrew.
STEVY WIDIA
Discussion about this post