Perlu Kerja Sama Semua Pihak dalam Pengembangan Talenta Digital Indonesia

karyawan startup

Glints dan MHV Ungkap Gaji Karyawan Startup di Asia Tenggara dan Tantangannya  (Foto: Ilustrasi/Telkom)

youngster.id - Pandemi COVID-19 yang berlangsung di dunia termasuk Indonesia banyak dikatakan sebagai momentum akselerasi ekonomi digital Indonesia terbesar. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, perkembangan ekonomi digital pasca pandemi juga turut menghadirkan peluang baru bagi perekonomian Indonesia guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pemerintah pun terus berupaya mengakselerasi transformasi, salah satunya terkait pengembangan SDM guna memenuhi kebutuhan akan talenta digital.

Dr. Ir. Mohammad Rudy Salahuddin, MEM, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan dan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah, Kemenko Bidang Perekonomian pun mengatakan, sampai dengan tahun 2030, Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital, atau sekitar 600 orang per tahun. Ketersediaan internet yang masih belum merata dan literasi digital yang masih dalam kategori sedang juga menjadi tantangan dalam pengembangan ekonomi digital.

“Maka dari itu, pemerintah berupaya untuk merevitalisasi sistem TVET (Technical and Vocational Education and Training) Indonesia sebagai strategi jangka panjang, dan mengadakan sejumlah program pendidikan dan pelatihan sebagai strategi jangka pendek,” kata Salahuddin, Rabu (26/10/2022).

Rencana pemerintah untuk memenuhi kebutuhan talenta digital perlu diintregasikan dengan strategi universitas dan pelaku industri secara kreatif dan kolaboratif. Kerja sama tersebut meliputi penyesuaian kurikulum pembelajaran, penyusunan standar kompetensi dan sertifikasi, serta pelaksanaan Training of Trainer, Teaching Factory, dan magang.

Perlunya kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku industri, dibenarkan Ariyo Putro, Chief Human Capital Officer Investree. Menurutnya pengembangan talenta digital oleh perusahaan bersifat terbatas.

“SDM Investree didominasi oleh talenta digital sebanyak 80%, dan kebutuhannya setiap tahun cukup agresif dibandingkan dengan fungsi non-digital. Program pengembangan talenta digital yang diadakan perusahaan pun terbatas karena memakan biaya dan sumber daya yang cukup besar. Oleh karena itu, kerja sama dengan perguruan tinggi dan pemerintah dalam menghasilkan talenta siap pakai akan sangat membantu para pelaku industri,” ucap Ariyo.

Menjawab peluang dan tantangan tersebut, Sampoerna University dengan mengusung semangat kolaborasi dalam mendukung upaya pemerintah terkait peningkatan talenta digital di Indonesia, berkomitmen ikut berkontribusi dalam menghasilkan lulusan berkualitas yang tidak hanya work-ready namun juga world-ready.

Dr. Wahyoe Soedarmono, Ph.D , Dekan Fakultas Bisnis Sampoerna University menjelaskan, akselerasi ekonomi digital di Indonesia yang meningkat pesat selama masa pandemi menghadirkan tantangan dan peluang yang berkaitan dengan bagaimana institusi pendidikan dapat berkontribusi dalam pengembangan SDM berkualitas dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan posisi kepemimpinan saat ini dan di masa depan, juga untuk mengisi kebutuhan pekerja di lanskap ekonomi digital Indonesia.

“Sampoerna University menawarkan kesempatan belajar berdasarkan pengalaman di dunia nyata (real-world experience), dimana hal ini dilakukan dengan harapan lulusan memiliki kesiapan yang lebih matang saat masuk ke dunia kerja. Selain dibekali literasi digital, mahasiswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir strategis, kreatif, dan kritis, sehingga dapat menerapkan berbagai pendekatan inovatif di tengah situasi dunia yang dinamis dan beradaptasi dengan tren bisnis masa depan,” kata Wahyoe. (*AMBS)’

 

Exit mobile version