SDM Ahli di Bidang Digital di Indonesia Minim

Erik Meijer, Presiden DIrektur Telkomtelstra (kiri) dan Charles Ross, Editorial Director Asia The Economist Intelligence Unit. (Foto: Istimewa/Youngster.id)

youngster.id - Sumber daya manusia di bidang digital dipercaya jadi menjadi hambatan terbesar di Jakarta dalam menghadapi peralihan bisnis. Riset yang digagas oleh Telkomtelstra menunjukkan, Jakarta sebagai salah satu dari 45 kota yang punya daya dukung yang tinggi terhadap adaptasi digital masih kesulitan memenuhi permintaan SDM di bidang teknologi.

Riset yang digagas Telstra bersama Economis Intelligence Unit (EIU) melakukan riset kepada 2.620 eksekutif dari 45 kota di dunia, kebanyakan di antaranya adalah kota-kota di Asia Pasifik. Dari jumlah itu, hanya ada sekitar 70 eksekutif Jakarta yang berpartisipasi di riset tersebut.

Hasil riset menyimpulkan Jakarta menempati peringkat ke-8 dalam adaptasi digital. Namun sekitar 36% petinggi perusahaan di Jakarta menganggap ketersediaan SDM sebagai kendala terbesar.

“Seiring bisnis berkembang dengan cepat untuk bersaing di era digital, masih dirasakan adanya ketimpangan antara universitas dan kurikulum yang diterapkan dengan kebutuhan terkini dunia usaha,” kata Erik Meijer, Presiden Direktur Telkomtelstra baru-baru ini di Jakarta.

Keterbatasan SDM ini jadi masalah karena peralihan bisnis ke bentuk digital semakin cepat, namun persediaan SDM yang ahli di bidangnya bisa dibilang sangat terbatas sebagai pelaksana. Minimnya SDM ahli dalam kerangka bisnis digital memaksa perusahaan mengimpor tenaga asing.

Erik menganggap hal itu sebagai fenomena umum di setiap negara selain Indonesia. Namun ia berharap lembaga pendidikan lokal dapat membekali pelajar dengan pengetahuan yang lebih relevan ke zamannya seperti membangun perusahaan rintisan atau startup.

Temuan riset itu sejalan dengan data yang pernah dipaparkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam paparan nilai transaksi belanja online di penghujung 2017 lalu. Rudiantara saat itu berkata pemenuhan SDM di industri e-commerce lokal sebagai yang paling rendah di dunia.

“Kami perlu terobosan, Kementerian Ketenagakerjaan misalnya akan membuat bagaimana tenaga kerja asing yang skill, bukan non-skill, yang benar-benar skill bisa dibutuhkan di Indonesia,” kata Chief RA itu.

Pada kesempatan yang sama itu pula, Menteri Koordinator Perekenomian Darmin Nasution berkata pemerintah bakal menyiapkan strategi khusus untuk masalah SDM ini.

“Memang kami dengar juga dari industri, dari e-commerce mengenai persoalan talenta, persoalan SDM. Ya memang, sebenarnya bukan cuma Indonesia, tapi juga negara lain. Memang saat ini Indonesia kekurangan karena tidak dipersiapkan sejak lama,” imbuh Darmin.

 

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version