youngster.id - Zinit, startup software as a service global yang menyediakan jasa pengadaan (procurement) dengan proses otomatisasi berbasis AI, resmi memasuki pasar Indonesia dengan investasi sebesar $2 juta atau Rp30 Miliar. Meskipun berskala besar, pengadaan tidak langsung di Indonesia sebagian besar masih bergantung pada proses manual dan hubungan informal dengan pemasok.
“Saat ini lanskap procurement di Indonesia sangat terbuka terhadap inovasi, apalagi mengingat cepatnya transformasi digital yang terjadi,” kata Andrey Chernogorov Co-Founder Zinit dikutip Sabtu (21/6/2025).
Melalui investasi ini, Zinit membuka kantor pertamanya di Jakarta, dan membangun tim yang didukung oleh tenaga lokal. Menurut Andrey, langkah ini menunjukkan komitmen jangka panjang Zinit terhadap pasar Indonesia dan ekosistem pemasoknya yang berkembang pesat.
“Negara ini memiliki kebijakan anti-korupsi yang kuat dan fokus besar pada solusi-solusi yang mengutamakan kekuatan lokal. Zinit Indonesia memiliki layanan cloud yang sepenuhnya lokal. Inilah yang menjadikan kami sebagai mitra yang tepat bagi pelanggan Indonesia, berbeda dengan perusahaan-perusahaan asing pada umumnya,” katanya lagi.
Platform B2B berbasis AI ini mengkhususukan diri pada segmen pengadaan tidak langsung (indirect procurement). Pasalnya, segmen ini menyumbang sekitar 15-30% dari pasar pengadaan swasta Indonesia.
Beberapa keunggulan Zinit antara lain penggunaan Bahasa Indonesia, menawarkan terjemahan real-time, dan menggunakan tenaga AI untuk melakukan pencocokan pemasok dalam rangka menyederhanakan proses tender bagi pembeli dan pemasok. Dengan sistem penetapan harga berbasis pada hasil yang didapatkan, perusahaan hanya membayar saat hasil pengadaan telah diterima.
Masuknya Zinit ke Indonesia dilandasi oleh rekam jejak perusahaan yang kuat di pasar negara berkembang. Tim pendiri Zinit berpengalaman mendirikan salah satu platform B2B swasta terbesar di pasar Customer Information System (CIS), dengan Nilai Transaksi Bruto lebih dari $20 Miliar atau Rp320 Triliun, dan merekrut lebih dari 150 ribu pemasok di seluruh Eropa Timur. Kini, Zinit membawa keahlian tersebut ke Asia Tenggara, dimulai dari Indonesia yang ekosistem pemasoknya sangat aktif dan berkembang pesat.
Sejak peluncuran awalnya, lebih dari 40 perusahaan, termasuk Ucoal Sumberdaya, Amcor, Propan, Wipro Unza Indonesia, Bobobox, telah menerbitkan tender terbuka melalui platform Zinit di berbagai kategori, seperti logistik, layanan pemasaran, manajemen fasilitas, dan perlengkapan kantor. Saat ini, lebih dari 50 tender telah dimulai dan kini 12 perusahaan aktif menjalankan pengadaan melalui Zinit, dan 34 perusahaan lain sedang mengikuti program percobaan.
SCM & Procurement Manager di Ucoal Sumberdaya Khairi Rahman mengungkapkan, pihaknya telah mengajukan lebih dari 25 tender menggunakan Zinit, dan hasilnya jauh melampaui ekspektasi.
“Hanya dalam jangka waktu satu minggu, kami menerima penawaran yang kompetitif dari berbagai pemasok untuk lebih dari 2,000 item. Hal ini menunjukkan bagaimana Zinit secara signifikan membantu kami dalam menyederhanakan proses pengadaan, misalnya saja mengubah tugas-tugas manual seperti identifikasi pemasok, melakukan penawaran, negosiasi, dan memberikan perbandingan data menjadi jauh lebih efisien dan efektif. Hal ini tentunya sangat mendukung operasi penambangan kami,” ucapnya.
Berdasarkan statistik perdagangan dan analisis ekonomi makro yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, segmen pengadaan tidak langsung punya potensi nilai sekitar $200 Miliar atau Rp3 Kuadrilliun selama beberapa tahun ke depan.
STEVY WIDIA