youngster.id - Studi dari Ipsos menunjukkan konten video meningkatkan daya tarik dan minat konsumen Indonesia usia 18-44 sebesar 67%. Ini membuka peluang bagi brand lokal untuk memanfaatkan waktu penayangan konten dan diversifikasi saluran untuk meningkatkan visibilitas produk dan memicu keinginan berbelanja konsumen.
Tingginya minat terhadap konten video, penting bagi brand lokal untuk menyiapkan berbagai format video yang cocok untuk berbagai platform dan tujuan pemasaran. Think With Google mengungkapkan bahwa 95% responden Indonesia mengonsumsi ragam konten dari kreator-kreator tertentu dalam berbagai format selama setahun terakhir.
Dengan peran penting platform digital dalam perjalanan pembelian, perusahaan House of Brands berbasis teknologi Hypefast menekankan pentingnya brand lokal untuk menghubungkan audiens dengan konten berbasis minat yang menciptakan interaksi dan relasi antara brand dan konsumen yang terjadi secara alami.
Achmad Alkatiri, CEO dan pendiri Hypefast, menuturkan, “Ramadan adalah kesempatan berharga bagi brand lokal untuk berkembang dan berkontribusi pada perekonomian nasional.
“Kami berkomitmen untuk memberdayakan brand lokal dengan wawasan dan praktik terbaik agar sukses di pasar Indonesia yang unik dan beragam,” kata Achmad, dikutip Minggu (17/3/2024).
Cessa, brand pelopor Natural Essential Oil untuk ibu dan anak, turut memanfaatkan tren ini lewat kampanye digital #TenangAdaCessa dan berkolaborasi dengan sejumlah kreator untuk menghasilkan ragam konten video yang menarik seputar Ramadan dan Hari Raya, mulai dari klip singkat di Instagram dan TikTok hingga vlog di YouTube.
“Kami mengamati audiens lebih aktif berinteraksi dengan brand di media sosial selama bulan Ramadan, dan tercermin dari Engagement Rate (ER) yang tinggi di platform kami. Strategi persebaran konten dengan key message yang relevan dan konsisten, serta interaksi langsung dengan audiens tidak hanya meningkatkan kesadaran merek tetapi juga dapat mendorong konversi,” ungkap Denis Yonathan, CEO Cessa.
Devy Natalia dari Bohopanna menggarisbawahi pentingnya menyelaraskan strategi pemasaran dengan perilaku konsumen selama Ramadan, terutama dalam segmen pakaian anak.
Menurutnya, memahami kapan dan di mana audiens mengonsumsi konten adalah kunci untuk strategi perusahaannya, memanfaatkan waktu sahur dan menjelang berbuka sebagai momen emas untuk berinteraksi dan menstimulasi minat belanja.
“Selama Ramadan, saatnya brand hadirkan konten dan aktivasi yang resonan dengan minat komunitas Muslim, dan hindari pendekatan yang terlalu hard-selling,” terang Devy.
STEVY WIDIA