youngster.id - Startup penyedia infrastruktur pinjaman Finfra mengumumkan kemitraan dengan Tyme Group, usai rampungnya putaran pendanaan terbaru Finfra sebesar US$ 2,5 juta atau setara Rp 39,3 miliar. Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Cento Ventures dan didukung oleh Accion Venture Lab, Z Venture Capital, Matiss Ansviesulis (pendiri Avafin), serta investor lainnya.
Dengan putaran pendanaan ini, hingga saat ini Finfra telah mengumpulkan total US$4,3. Sejak penggalangan dana terakhirnya, Finfra telah melipatgandakan basis kliennya dan mengharapkan laba kotor kuartalan lebih dari dua kali lipat pada Q4 2024 dibandingkan Q4 2023.
Pada Juni 2023, Finfra berhasil mengumpulkan pendanaan US$1 juta. Putaran pendanaan ini adalah hasil kerjasama antara DSX Ventures dan Seedstars International Ventures, para ahli fintech regional Cento Ventures dan Fintech Nation, inkubator pendukung startup berbasis Baltik FirstPick dan BADideas Fund, serta Hustle Fund berbasis Silicon Valley
Hingga saat ini, Finfra telah memfasilitasi lebih dari US$65 juta dalam bentuk kredit kepada bisnis dan pemilik bisnis Indonesia yang kurang terlayani. Perusahaan sedang mempersiapkan tahap pertumbuhan berikutnya dan akan memanfaatkan dana baru untuk memperluas kemampuan penerimaan pelanggannya yang terus berkembang, yang mencakup peningkatan teknologi di Indonesia, GoCement dan Mekari, dan menargetkan profitabilitas. Selain itu, Finfra berencana untuk meningkatkan produk analisis data, penilaian, dan penilaian risikonya.
Kemitraan grup perbankan digital di belakang TymeBank di Afrika Selatan dan GoTyme Bank di Filipina dengan Finfra ini untuk mendukung rencana ekspansinya ke Indonesia, sebagai bagian dari strategi pertumbuhannya yang lebih luas di Asia Tenggara, menyusul kesuksesan peluncurannya di Filipina dan Vietnam.
Coen Jonker, Ketua Eksekutif Tyme Group mengatakan, Asia Tenggara adalah bagian penting dari strategi pertumbuhan Tyme Group, dan Indonesia telah lama menjadi tujuannya.
”Bermitra dengan Finfra memungkinkan kami memasuki segmen UKM yang sangat besar di Indonesia dengan memanfaatkan infrastruktur dan jaringan pinjaman yang kuat dalam platform digital. Kolaborasi ini tidak hanya mempercepat misi kami dalam mendorong akses keuangan namun juga memungkinkan kami menawarkan solusi pinjaman inovatif kepada khalayak bisnis dan konsumen yang lebih luas di wilayah ini dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Jonker, seperti dilansir theasianbanker.com, Selasa (29/10/2024).
Indonesia, negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, memiliki sektor UKM yang dinamis dan mengalami digitalisasi dengan cepat. Pada akhir tahun ini, 24 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diperkirakan akan online atau menggunakan layanan digital dari total 64 juta usaha di negara ini. Pemerintah bertujuan untuk mempercepat transformasi ini, dengan menargetkan 30 juta bisnis yang terdigitalisasi pada tahun 2025. Seiring dengan percepatan transformasi digital ini, permintaan akan kredit yang dapat diakses juga meningkat.
Salah satu cara paling efektif untuk memenuhi permintaan ini adalah melalui embedded lending, dimana platform digital mengintegrasikan produk kredit langsung ke dalam transaksi nasabahnya. Model ini telah terbukti berhasil di berbagai pasar dan, seiring dengan bangkitnya kembali pinjaman alternatif, pinjaman tertanam menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan, terukur, dan kurang berisiko dibandingkan metode tradisional.
Platform Finfra memungkinkan platform non-keuangan dengan mudah mengintegrasikan pinjaman, membuka aliran pendapatan baru, dan melayani basis pengguna mereka dengan lebih baik. Infrastrukturnya yang komprehensif dan berbasis API menawarkan sistem manajemen pinjaman penuh, penilaian, analisis portofolio, dan akses ke modal utang sambil memastikan kepatuhan terhadap peraturan melalui afiliasi berlisensinya.
Pemberi pinjaman internasional seperti Tyme dapat memanfaatkan platform Finfra untuk meningkatkan skala solusi pinjaman tertanam, seperti penarikan tunai pedagang, di Indonesia. Dengan melakukan hal ini, mereka tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan kredit yang semakin meningkat bagi dunia usaha yang kurang terlayani, namun juga mendorong akses keuangan yang lebih luas di negara ini.
Markus Prommik, CEO dan Co-founder Finfra mengatakan, bermitra dengan Tyme Group adalah tonggak penting dan memungkinkan Finfra bekerja dengan hampir semua platform digital yang ingin menanamkan pinjaman.
”Dengan semakin banyaknya perusahaan yang menyediakan layanan dan produk pinjaman, serta pemberi pinjaman yang mengincar pasar Indonesia, kemampuan platform kami untuk menghubungkan kedua belah pihak sangatlah transformatif. Kolaborasi ini, yang didukung oleh para investor, menempatkan kami pada jalur menuju profitabilitas dan memperkuat misi kami untuk mendorong inklusi keuangan dan memperluas pilihan pembiayaan berkelanjutan di Indonesia,” kata Markus.
Diklaim Markus, Finfra telah meningkatkan platformnya secara signifikan dengan peningkatan substansial, termasuk rangkaian API canggih untuk orientasi, pengelolaan, dan layanan klien yang lancar. Platform ini memungkinkan klien Finfra membuat keputusan kredit yang lebih baik dengan alat seperti laporan kredit internal, portal mitra, dan analisis portofolio untuk mendukung pertumbuhan buku pinjaman yang bertanggung jawab.
Untuk mendorong pengembangan platform lebih lanjut, Finfra baru-baru ini menunjuk Hadi Tanzil, mantan salah satu pendiri EmpatKali dan alumni Xendit, sebagai chief technology officer.
“Model pinjaman tertanam Finfra sangat tepat untuk ekonomi digital Indonesia yang telah menghasilkan ratusan bahkan ribuan platform khusus industri yang cenderung mampu mengidentifikasi peluang pinjaman bernilai tinggi. Tim Finfra memiliki visi dan ketepatan eksekusi yang tepat untuk mewujudkan infrastruktur ini dan untuk menghubungkan platform non-keuangan lokal dengan pemain global terdepan seperti Tyme Bank,” jelas Boon Ping Chua, partner di Cento Ventures.
STEVY WIDIA