youngster.id - Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, berhasil menciptakan inovasi yang bisa meningkatkan produktivitas ikan. Ini akan sangat membantu petani ikan.
Inovasi berjudul MINO ini adalah teknologi microbubble generator Melalui inovasi ini, MINO menghasilkan gelembung microbubble yang kaya oksigen dan dapat meningkatkan ketahanan hidup ikan di dalam air. Sehingga baik dari sisi bobot dan masa panen juga meningkat.
Teknologi MINO Microbubble Generator merupakan karya tiga mahasiswa UGM Nabil Satria, Fajar Sidik dan Untari Ramadhani. Atas inovasi itu mereka berhasil memenangkan hadiah utama Young Southeast Asian Leaders Initiatives (YSEALI) World of Food Innovation Challenge. Tim MINO UGM itu mengalahkan lebih dari 200 tim dari negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) yang mengikuti tantangan inovasi pangan internasional. Sedangkan tempat kedua dan ketiga diraih Kamboja dan Malaysia.
Chef Technical Officer Tim MINO, Fajar Sidik, mengatakan, teknologi MINO ini mampu meningkatkan oksigen dalam air dan hasilnya ukuran ikan menjadi lebih besar 40 %.
“Tingkat kemampuan hidup ikan pun meningkat sembilan persen dan pada akhirnya meningkatkan jumlah panen ikan selama empat bulan sekali,” katanya dalam siaran pers Kemenristek Dikti Rabu (3/5/2017).
Menurut Fajar, jika dengan peralatan konvensional harganya pun mahal. Panen hanya bisa dilakukan dua kali dalam setahun. Sebab peralatan konvensional hanya menghasilkan makrobuble.
CEO MINO Nabil Satria menyatakan, bahwa inovasi yang dikembangkan ini dilatarbelakangi keprihatinan tim akan kondisi perekonomian petani ikan lokal yang masih memprihatinkan.
“Dengan menggunakan teknologi MINO, petani ikan dapat panen ikan tiga kali dalam setahun, dengan ukuran ikan yang lebih besar 40 persen” ucapnya.
Teknologi MINO juga efisien dari sisi energi. Banyaknya oksigen dalam air juga membuat ikan tahan terhadap serangan penyakit.
Menurut Nabil petani dan konsumen ikan juga tidak perlu khawatir dengan hasil ikan yang dipanen, karena teknologi ini tidak menggunakan bahan kimia apapun sehingga bersifat alami dari alam.
“Berdasarkan testimoni dari petani ikan yang ikut pilot project di daerah Yogyakarta, ikan yang dipanen terlihat lebih besar dan lebih sehat, sehingga disukai konsumen,”ujar Nabil.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Tim MINO UGM atas prestasi yang telah mereka peroleh. Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti yang sekaligus National ASEAN COST Chairman Ainun Na’im mengatakan, penelitian dan inovasi yang dilakukan mahasiswa merupakan embrio dari startup company.
Kemenristekdikti saat ini telah menyiapkan berbagai program untuk mendorong inovasi, salah satunya melalui program pada Direktorat Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) di Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi. Direktorat PPBT merupakan unit kerja di
Kemenristekdikti yang memiliki tugas mengembangkan startup company di Indonesia. Selain itu Kemenristekdikti juga menyediakan hibah penelitian baik bagi mahasiswa, dosen maupun peneliti.
“Daya saing bangsa akan meningkat melalui inovasi, dan inovasi tersebut harus dihilirkan ke industri,” ujar Ainun.
Ainun berharap agar prestasi dan inovasi yang berhasil dicapai Tim MINO ini dapat memotivasi dan menambah kepercayaan diri mahasiswa di seluruh Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi. “Kementerian mengucapkan selamat atas prestasi yang diraih Tim MINO UGM,” pungkas Ainun.
Saat ini teknologi MINO masih difokuskan untuk ikan nila, namun ke depan akan dikembangkan untuk ikan jenis lain dan udang.
Tim MINO saat ini juga tengah menjajaki kerja sama dengan Intel Corporation, Kementerian Kelautan dan Perikanan, AUSAID Indonesia dan instansi lainnya untuk pengembangan dan produksi massal teknologi ini.
Tim menargetkan tahun 2018 MINO dapat diproduksi massal. Saat ini hak paten dari teknologi ini dalam proses pendaftaran.
STEVY WIDIA
Discussion about this post