youngster.id - Ternyata baru 20% industri periklanan mengandalkan teknologi. Peluang ini ditanggapi perusahaan teknologi penyedia layanan pariwara Out-of-Home (OoH), Adroady dengan menghadirkan inovasi untuk mengubah standar pengelolaan iklan luar ruang.
Adoardy menawarkan manfaat serta membuka peluang terbangunnya sinergi antar seluruh matarantai ekosistemnya. Mulai dari Spot Owner atau pemilik lahan untuk penempatan media iklan, Media Owner atau pemilik media untuk pemasangan iklan, Brands pemilik produk yang diiklankan, hingga Audiens atau orang-orang yang melihat iklan yang dipublikasikan.
“Adroady memiliki model layanan Platform as a Service (PaaS) yang memampukan ekosistem saling terkoneksi dan terinformasi. Model layanan ini dapat dimanfaatkan oleh Spot Manager atau pemilik lahan yang dapat mempromosikan ketersediaan lahannya untuk pemasangan iklan, Media Manager atau pemilik media tempat pemasangan iklan seperti billboard atau TV besar, brand atau agensi pemilik produk yang sedang dikampanyekan, hingga audiens atau viewers yaitu masyarakat pemirsa iklan yang ditayangkan,” kata Edward Halley, Co-Founder, Adroady pada diskusi media baru-baru ini di Jakarta.
Dia menegaskan Adroady menggunakan teknologi-teknologi kecerdasan artifisial atau AI, machine learning, dan analitik big data yang terintegrasi dengan teknologi Internet of Things dalam memperoleh dan mengolah data sehingga menjadi informasi yang bernilai bagi seluruh ekosistem dalam membuat keputusan strategis yang efektif.
Model layanan dan kapabilitas yang dihadirkan Adroady adalah untuk menjawab tantangan serta kebutuhan yang saat ini ada. Seperti yang disampaikan oleh Edward, saat ini 80 % iklan OoH di Indonesia masih offline, atau belum terkoneksi dengan internet sekalipun tampilannya sudah digital.
“Sekarang ini baru 20 persen iklan OoH yang sudah online. Namun, itu pun juga belum sepenuhnya efisien karena masih ada yang belum membangun koneksi antar media, belum didukung kapabilitas yang menjadikan brand, agensi, atau klien bisa mengelola kampanyenya secara langsung, serta belum adanya transparansi pengukuran efektivitas. Tantangan-tantangan inilah yang kami jawab dan berikan solusinya melalui layanan-layanan yang dihadirkan Adroady,” pungkas Edward.
CTO Adroady, Samuel Utomo mengatakan untuk mengolah data yang besar pihaknya saat ini mengandalkan layanan cloud yang dihadirkan AWS.
“Adroady mulai menggunakan AWS sejak pertengahan 2019. Awalnya, semua beban kerja yang dipindahkan ke AWS berkaitan dengan riset dan pengembangan. Selanjutnya, pada bulan Desember lalu, lebih dari 50 persen beban kerja Adroady telah dijalankan di AWS,” terangnya.
Gunawan Susanto, Country Manager, AWS Indonesia mengatakan, AWS berkomitmen tinggi dalam mendukung kesuksesan startup melalui hadirnya program-program serta inisiatif yang beragam guna mendukung perkembangan Startup di setiap fase pertumbuhannya, mulai saat mereka berada di fase awal bisnis, hingga ketika bisnis memasuki fase kematangan.
“Secara fundamental, perusahaan startup berupaya untuk menghadirkan solusi atas setiap permasalahan baru dan mengurai kesenjangan struktural yang terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Mereka melakukan penerapan teknologi demi terciptanya akses serta model bisnis baru dan tidak terkungkung oleh cara-cara tradisional. Di Amazon, kami menyebutnya dengan istilah Day 1 thinking, yakni bagaimana kita bisa melihat beragam peluang baru yang ada di depan, alih-alih fokus pada keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, kami berkomitmen untuk terus mendukung startup dalam meraih kesuksesan bisnis,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post