Mengapa Perusahaan Indonesia Membutuhkan Distributed Infrastructure?

Distributed Infrastructure

Mengapa Perusahaan Indonesia Membutuhkan Distributed Infrastructure? (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Transformasi digital yang cepat di Indonesia, didukung oleh lebih dari 3 juta perusahaan dan 53 juta wirausaha, menghasilkan jejak data yang masif. Di era adopsi AI, pertanyaan krusial bagi perusahaan bukan lagi hanya soal teknis, melainkan keharusan regulasi, ekonomi, dan keamanan: “Di mana data kita berada?”

Tata kelola data yang efektif sangat penting untuk transparansi AI dan kepatuhan regulasi. Namun, hal ini rumit oleh volume data besar yang digunakan untuk melatih model AI. Perusahaan harus memastikan data mereka tidak disalahgunakan, dan model mereka menggunakan data yang tepat di tempat yang tepat.

Kedaulatan data (data yang dikumpulkan atau disimpan di suatu wilayah tunduk pada hukum otoritas setempat) mengharuskan perusahaan Indonesia memprioritaskan pemantauan regulasi lokal dan global yang terus berubah, terutama dalam proses pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan transfer data AI. Riset menunjukkan bahwa 70% responden kesulitan mendefinisikan proses tata kelola data, dan 59% perusahaan Indonesia kesulitan menyelaraskan tata kelola internal dengan ekspektasi regulasi.

Peran Krusial Distributed Infrastructure

Keputusan tentang di mana data disimpan dan di mana model AI dijalankan kini adalah keputusan bisnis yang strategis. Infrastruktur yang terlalu tersentralisasi dapat menimbulkan risiko.

Distributed infrastructure (Infrastruktur Terdistribusi) menjadi solusi penting. Dengan menempatkan penyimpanan dan sumber daya komputasi lebih dekat ke tempat data dihasilkan, perusahaan dapat:

  1. Mengurangi latensi dan meningkatkan performa.
  2. Mendukung kepatuhan kedaulatan data dengan menjaga data sensitif tetap berada dalam yurisdiksi yang disetujui.
  3. Memastikan transparansi penuh atas bagaimana data dikelola dari awal hingga akhir (end-to-end).

Industri dengan regulasi ketat, seperti kesehatan (privasi pasien) dan jasa keuangan (data nasabah), sangat diuntungkan oleh model ini untuk mematuhi aturan kedaulatan data yang kompleks.

Distributed infrastructure menawarkan dua keuntungan utama: kendali dan transparansi. Untuk mencapainya, ada dua strategi utama. Pertama, Lingkungan Penyimpanan Privat Khusus: Menjaga data sensitif tetap di lokasi yang dikelola langsung oleh perusahaan, sementara tetap memungkinkan akses AI dan cloud melalui jalur aman. Ini membatasi duplikasi data dan mengurangi risiko kebocoran. Kedua, Federated AI: Pendekatan terdesentralisasi di mana algoritma dikirim ke edge (lokasi data berada) untuk dilatih, dan hanya hasil pembelajaran (model weights) yang dikirim kembali untuk digabungkan. Ini membantu perusahaan mempertahankan kedaulatan dan mengurangi risiko kepatuhan dengan tidak memindahkan data mentah.

Bagi perusahaan Indonesia, memaksimalkan manfaat AI sambil tetap patuh membutuhkan pembangunan infrastruktur yang berakar lokal namun terhubung global. Kedaulatan data harus dipandang sebagai peluang untuk merancang sistem yang lebih cerdas dan tangguh. Keberhasilan perusahaan di era AI ditentukan dari kemampuan mereka menjawab pertanyaan: “Di mana data kita berada?” secara jelas, yakin, dan sesuai regulasi.

 

HARIS IZMEE, Managing Director, Indonesia, Equinix

Exit mobile version