youngster.id - Platform jejaring professional LinkedIn sudah banyak disusupi penipu berkedok investasi. Karena banyaknya kasus penipuan yang dilaporkan, perusahaan menghapus lebih dari 32 juta akun palsu dari platformnya sejak tahun 2021. “Kami bekerja dengan perusahaan sejenis dan lembaga pemerintah dari seluruh dunia dengan tujuan menjaga keamanan anggota LinkedIn dari pelaku kejahatan. Jika seorang anggota menemukan atau menjadi korban penipuan, kami meminta mereka melaporkannya kepada kami dan penegak hukum setempat,” demikian pernyataan LinkedIn baru-baru ini.
Menurut laporan LinkedIn, dari Juli hingga Desember 2021 ada 96% dari semua akun palsu, termasuk 11,9 juta yang dihentikan saat pendaftaran. Selain itu ada 4,4 juta akun yang dibatasi secara proaktif telah dihapus. Pengguna juga secara sukarela telah melaporkan 127.000 profil palsu yang juga dihapus.
Perusahaan memperingatkan pengguna di platformnya agar tidak mengirim uang kepada orang yang tidak mereka kenal dan menanggapi akun dengan riwayat kerja yang dipertanyakan atau tanda bahaya lainnya, seperti tata bahasa yang buruk.
Sementara itu, organisasi Anti-Scam Global, sebuah kelompok advokasi dan pendukung korban, telah melacak sebagian besar pelaku ke Asia Tenggara.
“Mereka biasanya menargetkan korban di LinkedIn dengan menunjukkan bahwa mereka memiliki jiwa wirausaha. Mereka mungkin mengklaim bahwa mereka lulus dari universitas terkenal, lalu mereka mengatakan bahwa mereka di bidang keuangan atau investasi. Terkadang mereka bahkan berpura-pura berada di industri yang sama denganmu,” kata Grace Yuen, juru bicara Global Anti-Scam Organization.
STEVY WIDIA