youngster.id - Ekonomi kreatif mempunyai potensi besar menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia ke depan, sehingga dibutuhkan peran semua pihak dalam menciptakan ekosistem yang menunjang. Memasuki tahun 2021, berbagai sektor kreatif seperti desain, film, maupun hiburan lainnya harus bersiap untuk terus meningkatkan kinerja dalam setiap aktivitas dan karyanya.
Fardi Yandi, CEO dan Founder dari Social Kreatif yakin bahwa adaptasi teknologi digital dalam industri kreatif akan mempermudah segala proses di dalamnya baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
Dia berpendapat, pandemi telah mempercepat disrupsi digital dan di tengah situasi yang belum pernah terjadi ini, penerapan teknologi yang tepat dapat mengubah kesulitan menjadi opportunity terlebih bagi industri kreatif. Adanya teknologi memudahkan kita semua untuk bisa tetap terhubung, berkolaborasi, melakukan brainstorming, dan saling menuangkan ide meskipun tidak bisa bertemu secara langsung.
“Sebentar lagi kita sudah memasuki tahun yang baru, adanya berbagai teknologi digital ini bukan hanya membantu bertahan dalam keadaan yang sulit seperti sekarang ini, namun juga sebagai bekal kami di industri kreatif untuk bisa terus berkolaborasi dan berkarya bagaimanapun keadaan yang hadir nanti,” ungkap Fardi dalam diskusi baru-baru ini.
Berdasarkan data yang dihimpun dalam OPUS Ekonomi Kreatif tahun 2019, industri kreatif berkontribusi sebesar Rp 1.105 triliun terhadap PDB nasional, yang membuat Indonesia berada di posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam jumlah kontribusi industri kreatif terhadap PDB negara.
Meski berkembang signifikan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengakui ada ‘pekerjaan rumah’ dalam mengembangkan ekonomi kreatif Tanah Air. Di antaranya adalah regulasi maupun ekosistem dalam menghadapi persaingan global di era Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu, Pemerintah mendorong percepatan penerapan teknologi untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif, agar tetap bisa bertahan hingga masa yang akan datang.
Kemenparekraf menyatakan bahwa penerapan teknologi sangat diperlukan untuk mempermudah komunikasi serta kolaborasi dengan berbagai pihak, dan meningkatkan daya saing.
Lark, all-in-one digital collaborations tools menjadi solusi digital untuk terus mendukung kebangkitan dan perkembangan industri kreatif Indonesia. Berbagai fitur lark yang terintegrasi dapat mendukung kinerja industri kreatif agar lebih produktif dan terus berkarya dalam memasuki era baru yang akan datang.
Joey Lim, Lark VP of Commercial, Asia mengatakan industri kreatif merupakan industri yang sangat dinamis dan membutuhkan tools yang tepat untuk dapat menghasilkan karya yang optimal. Melalui Lark, pelaku industri kreatif dapat menciptakan proses kolaborasi yang baik antar tim, maupun dengan pelanggan, serta membuat alur kerja yang efektif. Lark dapat diakses menggunakan PC, laptop, tablet, maupun smartphone sehingga akan lebih mempermudah proses kolaborasi.
“Kami berharap melalui kehadiran Lark dapat mendorong industri kreatif untuk bangkit dan berkembang hari ini, esok, dan seterusnya,” ujarnya.
Sebagai informasi, Lark, sebuah all-in-one digital collaborations tools memiliki beragam fitur yang dapat mendukung produktivitas dan meningkatkan performa kerja bagi pelaku industri kreatif dalam menyongsong tahun yang akan datang. Lark dilengkapi dengan fitur video call, Lark messenger, Lark mail, hingga Lark Docs.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post