youngster.id - Mayoritas startup masih kesulitan menemukan talenta digital. Temuan tersebut terangkum dalam survei East Ventures-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 terkait ketersedian sumber daya manusia (SDM) digital. Dalam survei tersebut, sekitar 71 perusahaan digital Indonesia dari skala kecil, menengah, dan besar, ikut memberikan pandangannya terkait daya saing digital Indonesia.
Menurut hasil survei EV-DCI 2022 hampir 65% dari 71 perusahaan responden menyatakan mereka akan mengalokasikan remunerasi yang lebih tinggi untuk karyawan terampil digital khusus. Akan tetapi, mayoritas perusahaan startup (52%) kesulitan mencari karyawan dengan kemampuan digital yang tepat.
Selain itu, lebih dari 60% perusahaan mengungkapkan bahwa keterampilan digital sangat penting untuk proses rekrutmen di berbagai profesi. Lebih dari 80% dari total responden mempertimbangkan untuk meningkatkan investasi teknologi digital sehingga mereka dapat meningkatkan skala bisnis, menjadikannya lebih efisien dan produk berkualitas lebih baik.
Hampir 90% perusahaan Indonesia menilai ketersediaan tenaga kerja terampil digital masih lebih rendah dari permintaan. Perusahaan menemukan dan mempertimbangkan beberapa kelemahan saat ingin menerima karyawan baru dengan kemampuan digital, diantaranya seperti kemampuan mengimplementasi pekerjaan yang masih teoritis; kemampuan yang terlalu umum; pengalaman yang buruk; dan lamanya beradaptasi.
Ada beberapa hal yang umumnya akan dilakukan perusahaan ketika mereka belum menemukan kandidat yang cocok. Mereka akan lebih agresif dalam strategi rekrutmen, termasuk melalui referral. Perusahaan juga akan memperpanjang durasi pencarian kandidat. Beberapa dari mereka akan menerima kandidat meskipun kemampuannya di bawah standar minimum, tetapi akan membantu meningkatkan keterampilan dengan melakukan pelatihan. Ada cara lain adalah dengan membajak pekerja dari perusahaan lain dan outsourcing dari negara lain.
Selain itu, EV-DCI 2022 menunjukkan penurunan skor median tenaga kerja sektor terkait digital dari tahun lalu sebesar 5,3 poin menjadi 5,1 poin. Hal ini menjelaskan bahwa masih ada masalah kesenjangan pasokan-permintaan tenaga kerja terampil digital di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
Survei EV-DCI 2022 menunjukkan bahwa salah satu penyebab utama kesenjangan ini adalah kurikulum di lembaga pendidikan masih belum memberikan kompetensi digital yang memadai. Pemenuhan kesenjangan permintaan dan penawaran talenta digital telah menjadi hal yang mendesak seiring dengan pengalaman bangsa yang mengalami booming digital di industri teknologi selama lebih dari satu dekade.
Pemerintah Indonesia memperkirakan negara ini kekurangan sekitar 400.000-500.000 talenta digital setiap tahun. Setidaknya 50% dari karyawan hanya memiliki keterampilan digital tingkat dasar dan menengah. Pada 2030, kawasan ini diperkirakan akan mengalami kekurangan 47 juta talenta digital.
STEVY WIDIA
Discussion about this post