youngster.id - Indonesia mengalami 1,2 miliar serangan siber setiap tahunnya pasca pandemi. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dari era sebelum pandemi sebesar 400 juta per tahun.
Salah satu bentuk serangan siber yang sedang ramai adalah malware yang akhir-akhir ini dikirim dalam bentuk aplikasi undangan pernikahan.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto mengatakan, setiap menit terjadi 2.200 serangan di ruang siber yang sebagian menyasar data-data pribadi, korporasi dan niaga.
“Kondisi ini harus segara dibenahi dengan dukungan arsitektur yang komprehensif mulai dari regulasi hingga opsi teknologi. Huawei dapat berkontribusi besar dalam membantu pemerintah menyiapkan sistem keamanan data yang terbaik,” ujar Andi, dalam acara Seminar Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045, dikutip Kamis (17/8/2023).
Berdasarkan data Lemhannas RI, data yang tersimpan di ruang digital di seluruh dunia sudah mencapai 70 zetabit pada periode 2020-2022. Jumlah ini diprediksi bakal melonjak tajam seiring perkembangan pesat transformasi digital di setiap negara.
Pesatnya perkembangan transformasi digital di Indonesia, perlu diimbangi dengan pemanfaatan sistem keamanan yang tinggi untuk menjaga privasi dan keamanan arus pertukaran data yang semakin deras.
Mohammad Rosidi, Direktur ICT Strategy and Business Huawei Indonesia mengatakan, sebagai mitra bagi berbagai organisasi di Indonesia Huawei berkomitmen untuk terus berpartisipasi menciptakan pemerataan akses digital secara luas melalui pembangunan infrastruktur, serta pengembangan talenta digital yang memiliki literasi dan kemampuan yang memadai. Mengingat penguatan ruang digital yang aman merupakan tanggung jawab bersama segenap pemangku kepentingan dalam ekosistem digital.
“Komitmen Huawei dalam mendukung akselerasi transformasi digital di Indonesia tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik. Melalui pilar komitmen ‘I Do Contribute’, Huawei ingin mengembangkan talenta TIK yang dapat berkontribusi besar terhadap proses transformasi digital di Indonesia, termasuk dalam mengantisipasi tantangan keamanan siber,” ujar Rosidi.
Menurut Rosidi, Huawei telah mendirikan lebih dari 1.900 akademi TIK di lebih dari 110 negara dan wilayah. Akademi digital Huawei ini mampu melatih lebih dari 150.000 siswa di seluruh dunia setiap tahunnya. Di Indonesia, Huawei ASEAN Academy telah berdiri dan beroperasi, serta siap untuk merealisasikan komitmen Huawei dalam mencetak 100 ribu talenta TIK Indonesia hingga 2025 mendatang.
Sejauh ini, Huawei telah memberikan pelatihan, pembekalan dan sertifikasi kepada lebih dari 83.000 penerima manfaat.
“Keberadaan SDM yang menguasai bidang TIK menjadi kunci penting bagi Indonesia mewujudkan visi besar sekaligus meningkatkan daya saing,” tambahnya.
Tak hanya itu, untuk menjaga keamanan data, Huawei juga menyematkan sistem keamanan termutakhir di setiap solusi teknologi majunya, seperti Huawei Cloud yang memiliki lebih dari 80 sertifikat keamanan global.
“Huawei Cloud mempunyai manajemen risiko yang dinamis dan berbasis AI untuk mengatasi dan menghindari ancaman siber. Sistem keamanan otomasi menciptakan kesiapsiagaan layanan cloud kami dalam mengantisipasi tantangan keamanan siber yang terus meningkat dan makin kompleks,” tutup Rosidi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post