Ini 3 Tahap Proses Kreatif Membuat Lagu Versi Kunto dan Ronald

DJ Ronald Steven, Rezki Yanuar Country Brand Manager Shopee dan penyanyi Kunto Aji dalam acara Bincang Shopee.(Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Musik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Di zaman serba canggih ini ada bermacam ragam musik hadir di sekitar kita. Namun ternyata proses kreatif di balik pembuatan sebuah musik tidak melulu ditentukan dari peralatan yang canggih.

Untuk mengulik akan hal itu Shopee menghadirkan dua musisi yang berperan aktif membangun industri musik tanah air di acara BincangShopee edisi Sumpah Pemuda bertemakan “Inspirasi Nada, Karya Pemuda” pada 20 Oktober 2018 di Jakarta.

Kedua musisi itu adalah Kunto Aji, penyanyi dan penulis lagu yang baru saja merilis album keduanya, dan Ronald Steven, music director perhelatan Asian Games 2018 kemarin. Keduanya berbagi tips dan trik seputar proses kreatif dalam pembuatan musik dan lagu guna meningkatkan kecintaan talenta muda terhadap musik Indonesia.

“Di edisi spesial Sumpah Pemuda ini, kami menghadirkan dua musisi muda berprestasi untuk membagikan pengalaman mereka berkecimpung di industri musik Indonesia. Hal ini tentunya sejalan dengan komitmen berkelanjutan kami untuk mengedukasi dan meningkatkan taraf hidup pengguna dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh,” ungkap Rezki Yanuar, Country Brand Manager, Shopee dalam keterangannya, Minggu (21/10/2018) di Jakarta.

Menurut dia, kegiatan ini untuk mewadahi generasi muda dalam berkarya terutama di bidang musik. “Dengan hadirnya Kunto Aji dan Ronald Steven, kami berharap kegiatan ini dapat mewadahi upaya generasi penerus industri musik Indonesia untuk mendapatkan ilmu-ilmu yang mereka butuhkan langsung dari para ahlinya, sehingga mereka tidak perlu ragu untuk terus berkarya,” kata Rezki.

Dalam diskusi itu terungkap tiga tahap yang kerap dilakukan oleh Kunto Aji dan Ronald Steven ketika memproduksi karya mereka.

Riset, riset, riset

Ketimbang langsung masuk ke dapur musik, Kunto Aji menekankan pentingnya upaya untuk melakukan riset setelah menentukan tema besar karyamu. Ini juga yang menyebabkan karya-karya pria kelahiran Yogyakarta ini begitu segar di telinga. Setelah menentukan isu kesehatan mental sebagai tema besar untuk album keduanya yang berjudul “Mantra Mantra”.

Kunto mengaku dirinya juga giat membaca literatur dan berkonsultasi dengan rekannya yang seorang psikolog untuk mendalami seputar isu ini. Hasilnya? Ia bisa menyatukan 9 ‘mantra’ dengan kerangka cerita yang luar biasa. Dengan proses riset yang cukup lama ini juga yang membuat Aji terpikir untuk memasukkan frekuensi 396 Hz di salah satu ‘mantranya’ yang berjudul Rehat.

Menurut penelitian Solfeggio Frequencies milik Dr. Joseph Pulio, seorang psikolog asal Amerika Serikat, frekuensi 396 Hz ini bisa mengurangi pikiran negatif dan menyehatkan mental, lho, Sobat Shopee!

Sama halnya untuk memproduksi musik. Bagi Ronald Steven, salah satu kutipan favoritnya dari Steve Jobs yang berbunyi “stay hungry, stay foolish” ini mengharuskan dirinya untuk haus akan ilmu dan update seputar teknologi dan genre musik terbaru.

Sabar dan nikmati prosesnya

‘Mantra Mantra’ garapan Kunto Aji membutuhkan masa inkubasi selama 2 tahun. Aji memilih untuk mengikuti proses eksplorasi musik yang cukup panjang sampai akhirnya bertemu dengan kata ‘sepakat’ di kepalanya; dari proses riset yang memakan waktu 6 bulan, sampai akhirnya produksi. Meski sempat terbersit ketakutan bahwa orang tak bisa menangkap apa yang coba disampaikan, proses demi proses dilalui Aji sampai akhirnya melahirkan lirik-lirik yang bersifat visual, naratif, dan deskriptif untuk dapat dinikmati pendengar.

Kualitas karya menjadi tujuan utama

Bagi kalian yang sudah memilih menekuni musik sebagai profesi, jangan lupa untuk terus mengingatkan diri sendiri bahwa tujuan utama dari proses pembuatan sebuah karya harus musik itu sendiri. Diakui Ronald Steven, ini menjadi hal ini membantunya saat dihadapkan dengan kondisi di mana ia harus bersikap profesional dalam mengaransemen lagu yang nggak disukai, seperti perbedaan selera dalam genre. Selain karena bisa membuat diri merasa puas, ini menjadi pengingat diri sendiri akan alasan ia memilih menekuni musik.

STEVY WIDIA

Exit mobile version