youngster.id - Koperasi mahasiswa (Kopma) bisa menjadi basis kewirausahaan, terutama wirausaha di bidang teknologi digital. Apalagi, sekarang tren bisnis e-commerce sedang tinggi, sehingga diyakini industri bisnis teknologi digital menjadi usaha masa depan.
Demikian dikemukakan Sekretaris Kementerian Koperasi (Sesmenkop) dan UKM Agus Muharram, pada acara seminar bertajuk “Tantangan Teknologi dalam Pengembangan Wirausaha Masa Depan” yang diselenggarakan Kokesma ITB dalam rangkaian ITB Cooperative Day di Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/2). “Koperasi merupakan wadah, bukan saja untuk perekonomian bangsa, tapi juga tempat pembelajaran, pelatihan, dan praktik bisnis. Apalagi Kopma, yang tujuan dibentuknya untuk menciptakan jiwa-jiwa wirausaha pada mahasiswa,” ujar Agus, seperti dilansir dari laman Depkop.
Menurut Agus, dari Kopma ini akan muncul jiwa-jiwa wirausaha yang berawal dari berkoperasi. Di koperasi terdapat pula market dan industry. Misalnya, anggota yang punya produk kerajinan tangan atau produk apa pun, pasarnya ditaruh di koperasi itu sendiri. Di situ pula jadi barometer sebelum masuk pasar ritel modern.
Menyangkut modal, lanjut Agus, sebenarnya faktor cash flow saja. Artinya, kalau cash flow-nya ada, bisa jadi modal untuk mendapatkan akses peminjaman di kredit usaha rakyat (KUR) atau di lembaga bentukan Kemenkop dan UKM LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir).
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Kemahasiswaan bidang Pengembangan Karakter ITB Bambang Setiabudi mengklaim, jumlah wirausaha dari ITB sebanyak 7% dari 3000 jumlah mahasiswanya setip tahun. Salah seorang alumni yang terkenal saat ini, Ahmad Zaki, CEO Bukalapak.com. Zaki tampil juga sebagai pembicara.
“Tren alumni ITB yang berwirausaha cenderung naik dalam periode tiga tahunan. Tiga tahun lalu, sebanyak 5,2%, sekarang sudah 7%. Kami berharap dalam tiga-empat tahun mendatang bisa menembus 10%. Ini memang menjadi tantangan karena mahasiswa ITB itu mendapat peluang bekerja di perusahaan minyak yang gajinya ratusan juta per bulan. Belum bonusnya yang mencapai Rp 1 miliar setahun. Tapi dengan menjadi wirausaha, Rp 1 miliar itu kecil. Contohnya alumni kami Zaki,” papar Bambang memuji keberhasilan Zaki.
Ahmad Zaki sendiri mengingatkan, banyak sekali kesempatan industri bisnis di bidang digital. Sekarang sudah jadi model ekonomi baru dunia. Porsi digital makin besar dan ini milik generasi muda.
“Kalau tidak, maka kita tergerus. Apalagi saat ini kita sudah tertinggal jauh. Padahal di Amerika sendiri, kontribusi ekonomi digital menyumbang pada GDP (Gross Domestic Product), yaitu ukuran uang yang beredar di suatu Negara, sebesar 21%. Ini empat kali GDP Indonesia. Antara lain, Microsoft, Facebook, twitter, dan lainnya. Bahkan satu produk handphone yang setiap diluncurkan, itu bernilai tambah 0,5% GDP Amerika. Ini prospek untuk menangkap peluang,” ujar Zaki memberi semangat.
ANGGIE ADJIE SAPUTRA
Editor : STEVY WIDIA
Discussion about this post