youngster.id - Media sosial tidak sekadar menyajikan konten kreatif tetapi juga menimbulkan persoalan sosial jika kurang literasi. Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Twitter menggelar program ‘Penguatan Literasi Media Sosial’ yang ditujukan bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Kami berharap, edukasi literasi media sosial untuk generasi muda bisa mendorong penguatan karakter dan pembentukan profil Pelajar Pancasila,” kata Ainun Na’im Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, melalui keterangannya, Jumat (25/6/2021).
Ia menilai, edukasi penggunaan media sosial bagi siswa usia SMP merupakan inisiasi baik dan selaras dengan penanaman nilai-nilai karakter seorang Pelajar Pancasila.Selain itu, kalangan pelajar di usia tersebut merupakan pengguna awal media sosial.
“Bijak dalam menggunakan media sosial sejak dini turut membentuk karakter yang baik, terutama dalam membiasakan diri berpikir kritis, kreatif, dapat bekerja sama, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memiliki empati,” ucap Ainun menambahkan.
Ainun menjelaskan, melalui kolaborasi ini akan menghasilkan silabus dan modul pembelajaran literasi media sosial bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan jenjang SMP. Serta dukungan edukasi literasi media sosial untuk siswa SMP yang usianya rata-rata menjadi pengguna pemula media sosial.
Penandatangan kerjasama ini dilakukan Ainun Na’im dengan Agung Yudhawiranata Chief Representative Twitter Asia Pasific di Jakarta secara daring.
Agung mengakui bahwa literasi media sosial telah menjadi masalah yang terus berlangsung di Indonesia. Batas usia pengguna Twitter, dan juga platform media sosial lainnya adalah 13 tahun.
“Tujuan utama Twitter adalah untuk melayani percakapan publik. Kami hadir untuk dapat menciptakan ruang yang aman agar orang-orang dapat mencari informasi, berbagi perspektif, dan bertukar pikiran dengan siapa saja dari berbagai penjuru dunia,” kata Agung.
Dengan meningkatnya kesenjangan literasi media sosial yang menjadi tantangan berkelanjutan di Indonesia, dan bahwa literasi digital juga belum menjadi bagian dari kurikulum pelajaran formal, pihaknya berharap kerjasama ini dapat mendorong anak muda Indonesia untuk lebih mudah menavigasi diri mereka di ranah digital.
STEVY WIDIA