youngster.id - Jumlah orang dengan autisme diperkirakan meningkat hingga 500 orang setiap tahun. Bahkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah orang mengalami gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder) di Indonesia mencapai sekitar 2,4 juta orang. Sayangnya, pemahaman masyarakat tentang autisme masih perlu diupayakan, melihat masih adanya kasus-kasus diskriminatif terhadap anak-anak dengan autisme.
Hal ini mendorong sejumlah kreator TikTok berbagi pengalaman autentik mereka dari beragam sudut pandang untuk menyebarkan pemahaman tentang autisme, dan meningkatkan dukungan terhadap anak-anak dengan autisme kepada masyarakat luas.
Seperti Natrio Catra Yososha yang buktikan penyandang autisme bisa raih prestasi. Pria yang akrab disapa Osha ini, terdiagnosa dengan ASD sejak usia 8 tahun. Namun, berkat dukungan sang ibu, Osha tak berhenti mengeksplorasi minatnya.
Mulai dari bermain musik hingga mampu bermain biola, menempuh studi di jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada sesuai minatnya sejak kecil di bidang sejarah dan kepurbakalaan, hingga menjadi pelari marathon pertama di Indonesia dengan autisme.
Sejak tahun 2022, Osha kerap membagikan kisahnya sebagai penyandang autisme di usia dewasa kepada komunitas TikTok. Salah satu kontennya yang paling banyak menarik komentar dan interaksi dari komunitas adalah tentang masking, yaitu cara orang dewasa dengan autis menutupi ciri khas autisme saat sedang di depan publik, misalnya dengan berusaha lebih lama kontak mata dan mengurangi distraksi fokus.
Osha memperlihatkan kesehariannya sebagai orang dewasa, caranya memecahkan masalah, dan terus menekankan bahwa dirinya yang sekarang adalah hasil dari perjuangan panjang sejak kecil. Konten-kontennya membantu komunitas TikTok untuk lebih memahami tentang tantangan dan usaha orang dengan autisme, sehingga harapannya bisa lebih berempati. Melalui ini, dia ingin memberikan pemahaman bahwa anak dengan autisme pun dapat menjalani kehidupan dewasa yang mandiri dan berprestasi.
Konten tentang autisme juga dibagikan Gugun Hernandes. Lewat akun @duniaautis di TikTok, Gugun memberikan kiat dan semangat kepada para orang tua yang memiliki anak dengan autisme seperti anak sulungnya, Uwais Al Zaigham.
Konten-konten Gugun, yang banyak memperlihatkan tips terapi di rumah dan menekankan pada pentingnya kehadiran orang tua dalam tumbuh kembang anak, menjadi inspirasi bagi para orang tua dan pendamping anak dengan autisme lainnya. Gugun pun juga sering berinteraksi, mendukung, dan berbagi pengalaman dengan para orang tua secara langsung melalui TikTok LIVE.
Lain halnya dengan Rezki Achyana yang membagikan pengalaman sebagai terapis anak dengan autisme. Melalui akun @rezkiachyana di TikTok, Kiki memberikan edukasi tentang autisme dan gangguan neurologis lainnya. Kiki juga berbagi tentang kesehariannya sebagai behavioralist
(ahli perilaku) bagi para penyandang autisme, bagaimana mengenali indikasi gangguan perkembangan neurologis seperti autisme dan ADHD, hingga cara menghadapi tantrum, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), dan mengelola emosi anak-anak berkebutuhan khusus.
Konten-konten Kiki dibuat berdasarkan pertanyaan dari para orang tua yang ingin lebih paham tentang autisme. Banyak orang tua yang menonton konten dari Kiki menjadi lebih mawas tentang ciri khas autisme pada anaknya, sehingga bisa mengambil tindakan langsung untuk memastikan tumbuh kembang anak.
Tiktok turut memperingati Hari Autisme Sedunia yang jatuh pada 2 April, sebagai momen untuk menyebarkan pemahaman tentang autisme dan meningkatkan dukungan terhadap anak-anak dengan autisme kepada masyarakat luas.
STEVY WIDIA