youngster.id - Pasar e-commerce di Indonesia terus bertumbuh. Angka pertumbuhan ini juga didukung dengan target pemerintah yang menetapkan nilai transaksi e-commerce pada tahun 2020 mendatang mencapai angka US$ 130 miliar.
E-commerce yang terbaru adalah Mise. Harry Karundeng, Co-Founder Mise, mengatakan, Mise hadir sebagai e-commerce pertama di Indonesia yang menawarkan new concept dan new strategy.
“Mise menggabungkan traditional dan konvensional selling serta digital selling concept yang memanfaatkan e-commerce dan sosial media,” kata Harry belum lama ini di Jakarta.
Menurut dia potensi industri e-commerce saat ini sangat besar tapi konsep yang ada mulai jenuh. Karena itu pemain e-commerce perlu konsep baru yakni dengan mengintegrasikan dalam satu platform marketplace, affiliate, social media dan MLM (multi level marketing).
“Hal itu ditambah dengan opsi penjualan tunai dan non tunai, sehingga potensi untuk menguasai pasar menjadi sangat besar,” kata dia.
Harry menambahkan, produk yang dijual di Mise bisa apa saja. Meski demikian, sekarang ini masih lebih kepada consumer product antara lain gadget, elektronik dan furnitur, serta health care.
“Saat ini baru satu vendor yang bekerja sama, tapi akan segera ditambahkan vendor lain seperti menjual pulsa dan token listrik. Selanjutnya, kami juga akan menggandeng vendor fashion, hobbies dan groceries,” ujarnya.
Harry menambahkan, yang paling penting dari Mise adalah opsi pembelian secara tunai maupun kredit dengan bunga yang kompetitif. Selain itu, Mise memberikan kemudahan untuk pencairan komisi kapan saja.
“Mise juga memberikan fasilitas kepada Shogun atau agen untuk dapat melakukan marketing strategy sendiri terhadap tokonya atau product yang dijual dengan menggunakan sistem voucher,” paparnya.
Adapun positioning Mise adalah gabungan dari marketplace dengan konsep B2B, B2C dan sosial media dengan di lengkapi dengan affiliate (agen) dan MLM konsep.
“Target yang ingin dicapai adalah menjadikan 1 juta pengusaha toko online dengan skala nasional,” kata Harry.
Mise merupakan joint venture antara Jepang dan Indonesia melalui PT MicroAd Indonesia, yang sahamnya dimiliki oleh MicroAd Japan 49 persen. “MicroAd Japan sendiri, sahamnya dimiliki oleh Cyber Agent Japan sebesar 80 % dan Softbank Japan sebesar 20 %,” jelasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post