youngster.id - Ekonomi digital di Asia Tenggara diprediksi akan mengalami pertumbuhan lebih cepat hingga 2025, termasuk Indonesia. Nilai ekonomi berbasis internet diprediksi mencapai US$ 105 miliar atau sekitar Rp 1.475 triliun pada tahun ini. Sebanyak US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun disumbang oleh Indonesia.
Laporan Google, Temasek Holding Pte dan Bain & Co bertajuk e-Conomy SEA 2020 memproyeksikan bahwa nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara akan mengalami peningkatan lebih cepat menjadi lebih dari US$300 miliar pada 2025.
Proyeksi nilai ekonomi tersebut berdasarkan transaksi bruto (gross merchandise value/GMV) lima sektor, yakni e-commerce, berbagi tumpangan (ride-hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta finansial.
Di Asia Tenggara, GMV e-commerce diprediksi melonjak 63% yoy menjadi US$ 62 miliar pada tahun ini dan naik 23% menjadi US$ 172 miliar pada 2025. Nilai transaksi online media diproyeksikan tumbuh 22% menjadi US$ 17 miliar tahun ini.
“Lebih dari sepertiga transaksi di e-commerce berasal dari konsumen baru. Delapan dari 10 dari mereka berniat untuk terus berbelanja online (pasca-pandemi corona),” demikian dikutip dari laporan tersebut.
Nilai transaksi sektor transportasi dan pesan-antar makanan diramal tumbuh negatif 11% menjadi US$ 11 miliar. “Mobilitas di perkotaan memang turun hingga 80% di Asia Tenggara saat karantina wilayah (lockdown),” demikian dikutip. Namun, “permintaan pesan-antar makanan meningkat.”
Sedangkan nilai transaksi online travel yang diprediksi anjlok 58% menjadi US$ 14 miliar tahun ini. Meski begitu, “enam hingga tujuh dari 10 konsumen tidak sabar ingin bepergian,” demikian dikutip. Di Indonesia, berwisata di daerah terdekat atau staycations meningkat empat kali lipat pada Juli-Agustus dibandingkan bulan sebelumnya.
Untuk sektor keuangan seperti teknologi finansial (fintech), transaksinya diprediksi tumbuh pada semua jenis layanan. Google, Temasek, dan Bain and Company mencatat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta konsumen mulai mengadopsi layanan keuangan digital. “Perubahan perilaku akan berlanjut. Adopsi dan penetrasinya diprediksi meningkat,” kata laporan itu.
Pada 2025, nilai ekonomi digital di regional diprediksi tumbuh 24% menjadi US$ 309 miliar. Sedangkan Indonesia diramal meningkat 23% menjadi US$ 124 miliar. Angka ini menurun dibandingkan proyeksi 2019 yang mencapai US$ 133 miliar.
STEVY WIDIA
Discussion about this post