Program Inkubasi Sispreneur 2020 : Dukung Perempuan Pelaku Usaha Mikro

Peluncuran Kelas Inkubasi Sispreneur. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Sejak diluncurkan pertama kali pada 23 April 2015 silam, Sisternet kini memiliki lebih dari 26 ribu anggota. Untuk terus meningkatkan nilai manfaat bagi kaum perempuan Indonesia, Sisternet menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas dan organisasi perempuan, juga dengan banyak pegiat sosial di berbagai daerah.

Untuk menindaklanjuti program tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, secara resmi membuka program Kelas Inkubasi Sispreneur 2020 yang ditujukan bagi kalangan perempuan pelaku usaha mikro. 

Program kolaborasi antara Kementrian PPPA dengan PT XL Axiata Tbk ini bertujuan untuk menghubungkan perempuan pelaku usaha mikro hingga akhir 2020 dengan teknologi digital.

“Usaha mikro merupakan jenis usaha yang dapat bertahan dan mampu menyelamatkan ekonomi kita pada krisis moneter pada 1997-1998, sehingga saya yakin, UMKM di Indonesia berpotensi untuk kembali menyelamatkan pemulihan ekonomi akibat pandemi yang melanda saat ini dengan memanfaatkan akses teknologi, go-online, dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru. Melalui adaptasi dengan teknologi dan pemanfaatan ecommerce, perempuan penggerak pelaku usaha mikro berpotensi menguasai pasar dan terus memperbesar kontribusi ekonomi bagi bangsa. Melalui kesempatan ini, saya perlu mengingatkan bahwa perempuan melek digital adalah sebuah keharusan,” papar Menteri Bintang pada Webinar Strategi dan Peluang Bagi Perempuan Pelaku Usaha Mikro Go-Digital sekaligus Peluncuran Kelas Inkubasi Sispreneur yang disiarkan secara online Rabu (12/8/2020).

Sasaran perempuan pelaku usaha mikro dalam program Sispreneur adalah 200 perempuan pelaku usaha mikro binaan Kemen PPPA. Dalam hal ini, Kemen PPPA mendapatkan dukungan dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan, yaitu Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Kapal Perempuan, dan Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).

Lebih jauh, Menteri memaparkan tidak hanya dari segi populasinya, potensi dan peran perempuan dalam sektor ekonomi sangatlah besar. Misalnya, 99,99% usaha di Indonesia adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Selain itu, berdasarkan survei dari Bank Dunia (2016), lebih dari 50%  usaha mikro dan kecil dimiliki oleh perempuan.

“Peserta yang terpilih mengikuti program ini akan mendapatkan pembinaan secara gratis, baik secara konseptual, maupun praktek untuk mengembangkan usaha secara mandiri dan konkret. Selain itu, mereka juga mendapatkan peluang untuk memperbesar jaringan pemasaran produk, serta memperluas cakupan pasar dan meningkatkan mutu serta kualitas produknya sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menjual produknya, baik lintas provinsi maupun hingga keluar negeri. Ini bukanlah mimpi. Di era seperti ini peluang sangat terbuka luas,” tambah Menteri Bintang.

Pada kesempatan yang sama, Dian Siswarini, Presiden Direktur & CEO XL Axiata, mengatakan melalui program tersebut, para perempuan pelaku usaha mikro akan mendapatkan bimbingan untuk mengembangkan bisnis kecil dengan memanfaatkan teknologi digital.

“Perempuan dan UMKM merupakan pihak-pihak yang paling terdampak secara ekonomi dan sosial selama masa pandemi Covid-19. Karena itu, program kelas inkubasi ini menjadi sangat relevan untuk kami selenggarakan saat ini agar dapat membantu di dua sisi sekaligus, yaitu sisi perempuan sebagai penggerak ekonomi keluarga dan UMKM yang dikelolanya agar bisa menopang ekonomi keluarga dan menggerakkan ekonomi di lingkungan sekitarnya,” kata Dian.

Ia menambahkan, teknologi digital menawarkan kesempatan kepada siapa saja untuk mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. “Sehingga ketika bagi para perempuan pelaku usaha mikro ini bergabung teknologi digital akan memungkinkan mereka untuk menembus pasar yang lebih luas, yang hampir mustahil bisa dijangkau jika tidak online. Teknologi digital sekaligus akan mempermudah mereka melakukan promosi produk/jasa secara lebih massif melalui kolaborasi dengan para penyedia platform ecommerce/marketplace,” ujarnya menambahkan.

Adapun, para peserta Kelas Inkubasi berdomisili tersebar di 4 (empat) provinsi, yaitu Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version