youngster.id - Sebagai negara agraris, pertanian jadi salah satu garda terdepan dalam penyelesaian pangan di Indonesia. Belakangan ini industri pertanian mulai merangkul teknologi. Lalu bagaimana dengan para petani yang adalah pelaku utama dari pertanian itu sendiri?
Salah satu unsur terpenting dan mendasar dalam proses pembangunan pertanian adalah pada unsur sumber daya manusianya, yaitu petani. Petani adalah orang yang berperan dalam proses budidaya hingga produksi hasil pertanian. Tentu petani harus menjadi unsur yang paling diperhatikan dalam pembangunan pertanian.
Hingga saat ini muncul berbagai permasalahan yang dihadapi petani Indonesia. Jika dilihat lebih mendalam soal permasalahan petani, dapat dikatakan bahwa masalah utama petani adalah bagaimana cara mereka mendapatkan hasil panen yang maksimal. Jika petani tidak bisa mendapat hasil panen yang maksimal, maka tidak akan didapat pula penghasilan. Padahal penghasilan ini yang nantinya akan dibuat untuk mencukupi kebutuhan hidup maupun untuk memulai usahataninya kembali.
Menurut data BPS tahun 2016, dari total 27,7 juta orang yang digolongkan miskin di Indonesia, 21,8% di antaranya berprofesi sebagai petani. Ada sekitar 6,05 juta petani yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan, pada data pertambahan jumlah penduduk miskin Indonesia dari tahun 2015-2016, 60% angkanya disumbangkan dari profesi petani atau sekitar 516.000 jiwa.
Sepertinya permasalahan modal ini juga menjadi penyebab utama banyaknya petani yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini menyebabkan petani tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan tengkulak yang tak hanya sebagai pembeli tetapi juga menjadi penyedia modal bagi petani. Di samping itu, tengkulak (bandar) juga berperan besar dalam membentuk jaringan dengan berbagai pihak, mulai dari petani hingga pedagang. Hal ini tentu menyulitkan petani menentukan harga panen secara mandiri.
Menariknya, hubungan antara petani dan tengkulak ini ternyata mendorong lahirnya usaha rintisan Rekatani pada 2017, yang dikembangkan Fauzan Ramadhan. Rekatani merupakan startup yang membantu para petani dari sisi permodalan hingga pengembangan dan penjualan hasil pertanian.
“Kami fokus pada isu UKM khususnya agripreneurs. Kami ingin memberikan dampak untuk membantu para petani untuk bisa berkembang lebih baik, termasuk merangkul para bandar dan tengkulak dalam memberi dampak positif kepada para petani,” ungkap Fauzan, Founder & CEO Rekatani kepada youngster.id saat ditemui di Brezee BSD Serpong Tangerang Selatan belum lama ini.
Fauzan menuturkan, melalui Rekatani mereka merangkul para tengkulak sebagai mitra yang kemudian diberi pengetahuan mengenai pembukuan dan akuntansi hingga proses pemasaran produksi. Dengan harapan, para mitra ini akan mendukung para petani dalam permodalan dan juga penjualan produk.
“Orang mungkin melihat para tengkulak sebagai negatif dan jahat. Padahal di mata para petani mereka adalah orang yang menolong, mulai dari memberi modal hingga menjual hasil pertanian. Di sisi lain, kami menilai para tengkulak tidak memiliki proses bisnis yang baik, dan tidak punya pembukuan sehingga sulit mendapat pinjaman modal dari bank. Padahal kalau mereka maju, mereka dapat merangkul petani dan memberi dampak positif,” ungkap Fauzan.
Bandar dan Software
Menurut Fauzan, Rekatani ini telah dirintis sejak 2017. Dimulai dari mengelola lahan pertanian sayuran di Lembang, Bandung, Jawa Barat . Usaha ini kemudian berkembang menjadi supplier yang di kalangan petani disebut bandar. “Tugas kami membeli dari petani kemudian menjual ke restoran, hotel atau katering,” kisahnya.
Fauzan mengaku banyak mempelajari dunia pertanian di lingkungan tempat tinggalnya di Bandung, Jawa Barat. Kondisi itu pun membuatnya terpikir untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi para petani maupun para bandar yang biasa membeli hasil pertanian dari para petani sekitar.
“Sebagai orang muda saya ingin berbuat lebih untuk bisa membantu para petani. Kami melihat para bandar dan tengkulak ini bisa lebih berkembang secara sehat dan bukan sebagai barier to entry ke pertanian. Mereka sesungguhnya dapat berkembang dan memiliki kapabilitas menjadi UMKM serta bisa membawa dampak positif kepada petani selama tidak menjadi monopoli,” cerita Fauzan.
Untuk modal awal usaha ini dia mendapat dukungan dari angel investor lokal dan dari mitra dengan nilai kurang lebih Rp 500 juta. “Sebagain dari dana itu kami pakai untuk membeli produk dari para petani. Sedang sisa pendanaan kami gunakan untuk mengembangkan aplikasi dan meng-upgrade sistem kemitraan yang sudah ada sebelumnya di Rekatani,” ujarnya.
Kehadiran Rekatani ini ternyata mendapat sambutan positif. Buktinya mereka berhasil menggandeng 15 mitra bandar sebagai pendukung bisnis. Selain itu, saat ini ada 10 hingga 15 resto dan beberapa rumah katering besar yang menjadi pembeli produk Rekatani yang berasal dari Bandung, Bogor dan Jakarta.
Fauzan mengungkapkan, Rekatani menghadirkan software pertama dengan nama produk “Si Bandar” untuk mobile apps di Android.
Si Bandar ini jadi pilot project untuk ke-15 bandar dan ini dalam bentuk aplikasi mobile apps di Android. “Melalui aplikasi ini kami memberikan edukasi kepada mereka tentang keuangan, pencatatan dan pembukuan usaha,” ungkapnya.
Menurut dia, dengan aplikasi ini dapat membantu para tengkulak dalam menyelesaikan catatan keuangan lebih rapi. Sehingga ketika ada petani yang mau meminjam modal dapat terlayani. Selain itu, mereka juga punya hubungan langsung ke mitra pembeli seperti hotel, retoran dan kafe.
Langkah ini, tentu saja, awalnya tidak mudah. Fauzan mengaku tantangan datang dari para bandar yang sudah beroperasi secara monopoli dan memiliki jaringan pemasaran ke ritel besar. Tetapi Rekatani berhasil meyakinkan bahwa mereka dapat memberikan harga yang masuk akal bagi para petani, dengan sistem yang tidak berlapis.
“Kami optimis karena para bandar ini menjual langsung ke pasar bukan ke tengkulak lain yang lebih besar sehingga harga yang ditawarkan ke petani bisa dua kali lipat lebih tinggi atau sesuai harga pasar. Semetara untuk pasar harga jadi lebih murah karena tidak ada rantai yang berlapis-lapis,” paparnya.
Aplikasi yang mereka kembangkan juga dengan cepat diterima oleh mitra karena memberikan informasi mengenai kondisi harga pasar. Sehingga dengan aplikasi ini para petani dan mitra tengkulak yang bergabung dapat menetapkan harga dengan lebih baik.
“Saya bersyukur user sudah familiar dalam menggunakan aplikasi kami sehingga edukasi jadi lebih mudah tanpa perlu diulang lagi dari awal. Kami optimis dengan Rekatani para bandar dapat memberikan harga yang masuk akal kepada para petani karena mereka memiliki pengetahuan akan harga pasar yang sebenarnya. Jadi jika mereka membeli dengan harga murah bukan karena mereka jahat tetapi karena pasar di end user memang lagi turun,” ungap Fauzan.
Kondisi Pandemi
Di masa pandemi covid-19 ini, sektor pertanian menjadi salah satu industri yang terkena dampak. Pemberlakukan Pembatasan Sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah, serta tutupnya hotel, restoran dan katering membuat permintaan akan hasil pertanian sempat menurun drastis.
“Sejak bulan Februari 2020 kami mulai stop operasional untuk pengiriman. Bahkan di masa pandemi ini kami menyetop beberapa market yang kurang potensial. Tetapi ada beberapa market yang masih aman, hanya saja, jumlahnya berbeda dari sebelumnya. Selain itu, masih ada beberapa supermarket yang tetap buka dan masih bisa kami supply meskipun dalam jumlah kecil. Baru setelah lebaran kami kembali memulai operasional dari awal,” kata Fauzan.
Menurut Fauzan, pendapata mereka di tahun kemarin bersumber dari penjualan. Tetapi dengan kondisi sekarang ini, mereka akhirnya memutuskan untuk menerapkan sistem kemitraan. “Sesungguhnya para mitra kami berjualan langsung, kami hanya menghubungkan saja. Biasanya hitungan margin per kilo sekitar Rp 500 hingga Rp 2.000 untuk Rekatani dan itu tergantung pembeli yang ada di hilir apakah itu pasar, warung atau resto,” kata Fauzan.
Hal ini tentu menimbulkan tantangan baru, salah satunya adalah pembayaran tepat waktu dari para klien. Hal ini membuat Fauzan dan tim harus memutar otak untuk memberikan jawaban kepada para petani mitra. “Kami melakukan pendekatan persuasif dengan membayar para petani semampu kami. Itu benar-benar kondisi yang berat. Jadi sekarang fokus kami ingin membantu para bandar-bandar kecil tadi melalui aplikasi Rekatani biar tidak jatuh seperti yang pernah kami alami,” ungkap Fauzan.
Untuk mengatasi hal itu, Fauzan bersama timnya lebih mengutamakan supply kepada para market potensial agar bisnis tetap berkembang dan terus berkelanjutan.
Saat ini, Fauzan mengaku bisa memasok produk pertanian berupa sayuran sebanyak 600 kg untuk 3 supermarket di wilayah Bandung, rumah kemas di Bogor dan rumah kemas online. Mereka juga masih memasok sekitar 15 restoran di Bandung dan Jakarta.
“Kendala dari distibution center atau rumah kemas besar itu adalah telat bayar ke kami. Jadi kami memang sempat rugi dalam jumlah besar. Kami tak punya dana putaran untuk membayar tagihan itu ke petani karena semua uang nyangkut. Akhirnya pada Februari 2020 itu kami stop operasional. Selama pandemi berlangsung kami mengamankan market yang potensial saja yang tetap aman di masa pandemi ini,” ungkap Fauzan.
Untuk kembali bangkit di masa Pandemi Covid-19, Fauzan mengungkapkan sejumlah rencana pengembangan telah dipersiapkan.
“Tentu rencana pengembangan lain sudah kami siapkan, terutama untuk mitra atau bandar-bandar yang akan jadi sumber kami. Misalkan kami ada target 500 sampai 1000 jaringan di Lembang yang sudah siap membantu supply ke market-market kami,” ujarnya.
Selanjutnya mereka akan mempersiapkan logistik untuk membantu bandar-bandar dalam hal pendistribusian. “Kami berencana akan membuat dalam satu logistik melalui sebuah fitur sehingga Bandar A bisa kirim barang ke barat dan si Bandar B bisa ke kirim timur sehingga jadi lebih efisien melalui armada kami,” papar Fauzan.
========================
Fauzan Ramadhan
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 19 Februari 1995
- Pendidikan : Tehnik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB)
- Usaha yang dikembangkan : Membantu pengembangan dan penjualan produk pertanian berbasis teknologi
- Nama aplikasi : Rekatani
- Mulai Usaha : 2017
- Jabatan : Founder & CEO
- Jumlah Tim : 5 orang
- Mitra User : sekitar 15 Bandar Petani
- Prestasi : Apple Developer Academy 2019
========================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post