youngster.id - Belakangan peranan layanan financial technologi (fintech) masuk ke berbagai lini kehidupan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan. Lewat layanan ini diharpakan akan mempermudah akses dari jutaaan siswa yang membutuhkan bantuan untuk membiayai pendidikan mereka.
Trade off antara kebutuhan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan dan mutu pendidikan dialami oleh hampir semua negara berkembang. Sayangnya, anggaran pemerintah yang disediakan sampai saat ini tidak mencukupi untuk menunjang penyelenggaraan yang bermutu.
Walaupun proporsi anggaran pendidikan yang disediakan dari APBN oleh pemerintah diupayakan meningkat terus, dalam proporsi maupun nilai absolutnya masih jauh di bawah negara-negera tetangga. Bahkan, walapun dengan skenario proporsi anggaran pendidikan dinaikkan sampai 20% dari APBN, karena rendahnya pendapatan per kapita yang hanya US$811, maka nilai absolutnya hanya cukup untuk membiayai pendidikan dasar sembilan tahun yang bermutu minimal.
Presiden Indonesia Joko Widodo di tahun 2018 juga mendesak bank-bank lokal untuk memberikan lebih banyak pinjaman terkait pendidikan, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negara ini. Pasalnya, upaya peningkatan pendidikan dengan mengandalkan anggaran dari pemerintah saja tidaklah cukup. Semua pihak harus turut mendukung dunia pendidikan.
Karena berbeda dengan komoditi barang dan jasa lainnya, produk pendidikan yang diperoleh berupa kecerdasan, pengetahuan dan ketrampilan bukan hanya dapat dinikmati oleh orang memperoleh pendidikan, tetapi juga oleh masyarakat dan dunia usaha.
Karena warganya berpendidikan, komunikasi antarwarga dalam masyarakat menjadi lebih gampang, pemberian informasi dapat dilakukan dengan berbagai altenatif media, dan prouduktivitas warga menjadi meningkat. Demikian pula dunia usaha juga diuntungkan dalam memperoleh tenaga kerja yang berpengetahuan dan berketerampilan. Dalam hal yang demikian produk jasa pendidikan tidak hanya sebagai barang pribadi tetapi juga barang publik.
Sejumlah startup fintech mulai merambah ke segmen ini. Salah satunya adalah Pintek.id. Platform yang diluncurkan tahun 2018 ini bertujuan untuk memberikan akses mudah ke pendidikan di Indonesia melalui kredit yang terjangkau dan fleksibel.
“Sektor pendidikan adalah sesuatu yang sangat kami perhatikan. Indonesia memiliki pasar yang sangat besar untuk segmen ini dan kami percaya bahwa pendidikan sangat penting untuk mendorong peningkatan kualitas kelas menengah. Namun, pinjaman pendidikan relatif tidak tersentuh oleh layanan keuangan dan teknologi, dan oleh karena itu kami pikir ini adalah waktu yang tepat bagi kami untuk terjun ke segmen [pendidikan] ini,” kata Tommy Yuwono, Co-founder & CEO Pintek.id kepada youngster.id saat ditemui belum lama ini di Jakarta.
Transformasi dan Inovasi
Tommy memaparkan, Pintek.id ini adalah startup teknologi finansial peer to peer lending yang hadir guna mendorong transformasi pendidikan melalui inovasi layanan keuangan. Pintek.id di sini bergerak untuk menyediakan akses keuangan bagi siswa atau orang yang membutuhkan keuangan untuk masyarakat yang memerlukan.
“Bantuan pendanaan kami di sini tak pernah diberikan langsung ke siswa ataupun orang tua, tetapi langsung kami berikan ke sekolah atau universitas siswa tersebut mengenyam pendidikan. Jadi sama sekali tak ada bentuk uang cash langsung yang pernah kami berikan kepada si calon peminjam,” ungkapnya.
Pria yang sebelumnya pernah berkecimpung di bidang pasar modal dan investment banking ini mengaku terinspirasi membangun platform ini dari pengalaman pribadi. Dia bercerita pernah mengalami kesulitan biaya saat ingin meraih gelar sarjana.
“Memang ide awalnya banget saat tahun 2010 itu saya hampir nggak bisa kuliah, karena nggak miliki dana yang cukup. Tapi untungnya waktu itu saya dapat beasiswa,” ujar Tommy.
Berangkat dari kejadian yang tidak terlupakan itu, Tommy berupaya agar Pintek.id menjadi solusi bagi anak-anak Indonesia yang ingin belajar tetapi terhambat oleh ketersediaan biaya pendidikan.
Pinjaman yang diajukan ke Pintek harus dilakukan oleh orang tua, meskipun siswa yang sudah memiliki pendapatan tetap juga berhak untuk mendaftar. Perusahaan mengenakan biaya bunga antara 0 dan 1,5% per bulan.
Akan tetapi, menyediakan akses biaya pendidikan bagi masyarakat di Indonesia penuh tantangan. Salah satunya adalah kondisi masyarakat yang belum terbiasa dengan pinjaman biaya pendidikan. Menurut Tommy, di Indonesia kredit untuk keperluan konsumtif lebih tinggi dibandingkan dengan kredit untuk pendidikan.
“Kalau di luar negeri, pinjaman dana itu banyaknya justru untuk dunia pendidikan bukan konsumtif. Kalau dilihat nilai, pinjaman pendidikan itu paling tinggi di Amerika dibanding kartu kredit. Padahal, kalau mereka sadari bahwa pinjaman dana pendidikan itu lebih menguntungkan, karena bisa menjadi investasi yang di kemudian hari bisa meningkatkan taraf hidup,” kata Tommy.
Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan lebih dari Rp40 miliar dalam bentuk pinjaman kepada ribuan siswa di 25 provinsi di Indonesia.

Edukasi Pasar
Oleh karena itu, selain berkolaborasi dengan OJK dan berbagai pihak lain, Tommy mengaku bersama timnya di Pintek.id terus melakukan edukasi dengan cara pendekatan persuasif kepada masyarakat. Tujuannya, untuk selalu selektif ketika melakukan pengajuan pinjaman dan harus sesuai dengan kemampuan.
“Kami kolaborasi dengan berbagai pihak untuk edukasi. Termasuk menggelar Pintek Edu-Gathering 2020. Pintek Edu-Gathering 2020 juga memberi kesempatan untuk institusi pendidikan dalam melakukan kolaborasi dengan perusahaan teknologi agar terciptanya pendidikan yang nantinya akan menghasilkan lulusan siap kerja, terampil dan berbakat,” kata Tommy lagi.
Sejak beroperasi hingga kini, Pintek memberikan pinjaman kepada siswa mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan pascasarjana. Juga, bagi mereka yang berada dalam program pendidikan informal khususnya kursus kejuruan yang bertujuan mempersiapkan mereka untuk dunia kerja. Peminjam dapat mengajukan pinjaman mulai dari Rp3 juta hingga Rp 300 juta untuk perorangan, dan Rp 50 juta hingga Rp 2 miliar untuk institusi.
Perusahaan ini melancarkan putaran pendanaan pra-Seri A pada November 2019, dipimpin oleh Global Founders Capital dengan partisipasi dari investor sebelumnya, Finch Capital dan Amand Ventures.
Menurut Tommy, untuk pengembangan bisnis, Pintek membangun kerja sama dengan institusi pendidikan. Startup ini telah berkolaborasi dengan setidaknya 100 institusi pendidikan, dimana 40% adalah universitas atau sekolah tinggi, seperti London School of Public Relation (LSPR), LaSalle College, dan Institut Teknologi Telkom Surabaya. Pintek juga akan mengeksplorasi lebih banyak kolaborasi dengan sekolah kejuruan untuk mendukung siswa dengan keterampilan yang berlaku untuk mencocokkan kebutuhan industri.
Tak sekadar memberi pinjaman dalam bentuk dana tunai, Pintek juga menghadirkan produk ‘Tunas’, kependekan dari Tunjangan Aspirasi.
“Tunas ini adalah semacam bantuan pendanaan, tetapi kami mengharapkan ada acedemy result yang dihasilkan. Misal ada satu anak SMK mereka belum punya peralatan mesin untuk praktek, kami akan berikan pendanaan. Maksudnya mereka meminjam untuk mendapatkan mesin tersebut. Program ini akan di-launching tahun 2020 ini,” beber Tommy.
Menurut pria kelahiran Jakarta ini, mereka ingin mendorong pendanaan yang dapat meningkatkan sumber daya manusia. “Kami tidak hanya memberikan dana, tetapi kami ingin institusi-institusi pendidikannya berkembang. Tentu akan ada reward. Kami akan bekerjasama dengan foundation-foundation. Dengan Tunas ini bentuk pendanaan bisa diberikan kepada orangtua atau muridnya. Oleh karena itu, fokus kami dalam memberikan pendidikan-pendidkan siap kerja setingkat vokasi, seperti akademi, SMK, politeknik. Karena mereka itu yang sedang paling banyak dibutuhkan di Indonesia saat ini,” lanjut dia.
Tommy percaya bahwa upaya ini adalah tugas bersama untuk memberdayakan para siswa dalam menciptakan dunia masa depan. “Jika siswa dapat dibekali dengan keterampilan pengetahuan tingkat tinggi, kecakapan penggunaan teknologi dan pola pikir tangkas yang mencakup inovasi, kreativitas, dan disrupsi pasar, mereka akan siap menghadapi apapun,” pungkas Tommy.
=======================
Tommy Yuwono
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, Oktober 1991
- Pendidikan Terakhir : Business Concentration, Corporate Finance – Prasetya Mulya Business School Jakarta
- Usaha yang dikembangkan : Membuat usaha rintisan di bidang finansial teknologi, khusus membiayai pendidikan
- Mulai Usaha : Tahun 2018
- Nama Perusahaan : PT Pinduit Teknologi Indonesia
- Platform : Pintek.id
- Jabatan : Co Founder & CEO
- Jumlah Tim : 65 Orang
- Jumlah Pinjaman Yang disalurkan : sekitar Rp 40 miliar
======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post