youngster.id - Sebagai orang Indonesia tentu pemandangan dan aktivitas kita sehari-hari tak lepas dari berbagai layanan dan barang hasil kreasi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Salah satunya adalah pedagang keliling. Mereka hadir mulai dari aktivitas pagi hari ketika sarapan kita mencari bubur hingga memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pelaku usaha dengan karakteristik tersebut dapat ditemukan disekitar kita baik itu saudara, tetangga, teman atau kita sendiri. Meski terlihat kecil, mereka memiliki kontribusi besar bagi perekonomian bangsa secara makro.
Kementerian Koperasi dan UKM RI melaporkan bahwa secara jumlah unit, UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia (2017). Secara gabungan, skala kegiatan ekonomi UMKM memberikan kontribusi sekitar 60% terhadap total Pendapatan Domestik Bruto Indonesia. Pada 2017 lalu PDB Indonesia sekitar Rp13600 trilyun. Dengan demikian, artinya total pendapatan UMKM adalah sekitar Rp 8160 trilyun. Usaha Mikro menyumbang sekitar Rp 5000 trilyun per tahun, Usaha Kecil Rp 1300 trilyun, Usaha Menengah sekitar Rp 1800 trilyun, dan Usaha Besar sekitar Rp 5400 trilyun.
Sayangnya, masih banyak pelaku UMKM yang belum mengalami peningkatan dalam skala usaha. Usaha mikro hanya memiliki rata-rata pendapatan usaha sekitar Rp 76 juta per tahun atau Rp 253 ribu per hari; Usaha Kecil Rp 1,63 milyar per tahun atau Rp 5,4 juta per hari; dan usaha menengah Rp 29,7 milyar per tahun atau sekitar Rp 99 juta per hari.
Hal ini seakan menyiratkan bahwa produktifitas usaha mikro masih jauh lebih rendah daripada usaha kecil maupun menengah yang membuatnya secara umum lebih rapuh dan mungkin saja mudah tergilas oleh tekanan persaingan.
Salah satu pelaku usaha mikro adalah pedagang keliling. Nah, sebagai uupaya mengangkat perekonomian para pedagang keliling ke arah yang lebih baik, tim Mahasiswa Tekno Prima Lestari dari Universitas Mohammad Husni Thamrin (UMHT) meluncurkan aplikasi Growback.
“Aplikasi Growback dibuat untuk dapat menghubungkan masyarakat dengan semua pedagang keliling, agar kedua pihak dapat bertransaksi dengan mudah dan cepat” kata Founder & CEO Growback, Ahmad Fajar Dwianto kepada youngster.id saat ditemui di Universitas Mohammad Husni Thamrin kawasan Pondok Gede Jakarta Timur belum lama ini.
Terinspirasi dari kata “gerobak” yang merupakan alat angkut untuk berjualan, tiga mahasiswa UMHT mengembangkan aplikasi bernama “Growback”. Agar terkesan elegan, maka di plesetkan ke dalam serapan Bahasa Inggris yang berarti “kembali tumbuh”. Artinya, ketiga mahasiswa ini ingin menumbuhkan kembali semangat pada pedagang keliling yang mulai tersingkirkan akibat teknologi yang kian berkembang pesat.
Tanpa Kepastian
Ide untuk membangun aplikasi ini berangkat dari pengalaman mereka kesulitan mencari pedagang keliling saat dibutuhkan. Begitu pula sebaliknya, pedagang keliling seringkali kesulitan mencari pembeli di rute yang dilewatinya. Inti permasalahannya adalah kedua pihak tidak mengetahui posisi satu sama lainnya, sehingga seringkali hanya bisa menunggu tanpa kepastian.
“Ide awal membuat aplikasi ini datang dari pengalaman pribadi saat malam tiba kepingin makan nasi goreng, tapi tukangnya susah ditemukan. Sebaliknya saya kerap menemui tukang nasi goreng sudah pulang padahal dagangan masih banyak, karena alasan sudah tidak ada yang beli. Karena beda jarak dan tidak ketemu di tempat waktu yang pas, jadi transaksi gagal. Dari situlah datangnya insiprasi atau ide membuat aplikasi Growback ini,” cerita Fajar.
“Demikian juga dengan tukang jahit keliling. Coba bayangkan, masyarakat punya baju robek dan memerlukan tukang jahit keliling. Dia menunggu berhari-hari, tapi tukang jahit keliling tidak kunjung datang. Begitu baju itu selesai dijahit di tempat lain, tukang jahit malah baru lewat. Apa yang terjadi? Ya, keduanya mengalami kerugian, baik waktu, tenaga dan kehilangan peluang transaksi,” ungkap Fajar lagi.
Ingin memberi solusi dari masalah keseharian itu, Fajar mengajak dua rekannya Rico dan Rosa yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi UMHT untuk membangun aplikasi. Nama Growback itu dipilih karena kedengarannya mirip gerobak, identik dengan para pedagang keliling.
“Sedangkan filosisfi Growback artinya dalam Bahasa Inggris tumbuh kembali. Karena kami ingin menumbuhkan kembali semangat para pedagang keliling dalam berwirausaha di tengah perkembangan teknologi saat ini,” ucap Fajar.
Ide ini mendapat dukungan dari pihak kampus yang memberi dukungan berupa laboratorium. Ide ini lalu diikutsertakan dalam Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia yang didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, dan mereka pun mendapatkan pendanaan sebesar Rp 17 juta.
Menurut Fajar, dana tersebut sebagaian besar digunakan untuk pengembangan aplikasi Growback sekaligus merangkul para pedagang untuk bermitra dengan Growback. “Pendanaan yang kami dapat ini selebihnya kami buatkan seragam bagi pedagang keliling, termasuk kemasan yang ramah lingkungan. Kemudian akan kami berikan sertifikat keamanan pangan yang bekerjasama dengan laboraturium Universitas Mohammad Thamrin,” ungkap Fajar.
Kepastian
Fajar menjelaskan, tujuan utama pengembangan aplikasi Growback ini untuk mempermudah mempertemukan pedagang keliling dan pembeli. Oleh karena itu, pengguna aplikasi Growback ini harus berjarak maksimal 5 Kilometer dari pembeli.
Adapun fitur yang ditawarkan adalah notifikasi kepastian waktu tunggu, penilaian kepuasan pelanggan, hingga rekomendasi rute dagangan.
Growback juga menyediakan fasilitas seperti seragam, gawai, kemasan, maupun tampilan gerobak yang akan dibayarkan kembali dengan melalui cicilan sesuai kemampuan dari pedagang tersebut.
Selain itu, pihak manajemen dari Growback akan melakukan pelatihan terlebih dahulu terkait dengan penggunaan aplikasi kepada para pedagang. Sejauh ini, sudah ada lima mitra yang telah tergabung dengan aplikasi Growback sebagai pembuktian awal bahwa terdapat penjualan berbasis online yang merangkul pedagang keliling. Mereka mulai dengan lingkungan sekitar kampus, yakni di Kramat Jati, Jakarta Timur.
“Untuk persyaratan pedagang, kami akan buatkan formulir, surat perjanjian kerjasama ditandatangani di atas materai. Jadi, ada hitam di atas putih, serta perhitungan hukum yang jelas” ungkap Fajar.
Menurut Fajar, aplikasi Growback telah didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, dan dapat diunduh di Playstore.
“Kami yakin aplikasi ini akan dapat memberdayakan banyak UMKM dan membantu masyarakat, yang biasanya mereka saling menunggu tanpa kepastian” ujar Fajar.
Growback memiliki beberapa strategi khusus untuk tetap mencoba menjadi aplikasi terbaik yang bermanfaat bagi masyarakat. Antara lain, menawarkan harga yang lebih kompetitif, promosi terhadap pedagang, gratis ongkir karena pengiriman barang langsung dilakukan oleh pedagang, serta kustomisasi yang kuat.
“Setelah dianalisis, aplikasi buatan kami merupakan gabungan dari aplikasi online dan marketplace. Di sini pedagang keliling menjual barang, tapi dia berpindah tempat persis kayak transportasi online. Sedangkan di marketplace satu sisi mereka toko online, tapi dia nggak keliling berdagang menetap. Sedangkan pedagang keliling, dia sudah membutuhkan tenaga, sudah capek segala macam, pembeli nggak ketemu. Jadi kami ingin membantu dan memasilitasi pedagang keliling agar dapat dengan mudah bertemu dengan pembeli,” imbuhnya.
Tak mau kalah dengan aplikasi yang serupa, Growback juga menawarkan fitur e-money dalam proses transaksi. Proses pembayaran non-tunai ini digencarkan agar memudahkan pembayaran bagi pembeli. Selain itu, pihak manajemen dari Growback akan melakukan pelatihan terlebih dahulu terkait dengan penggunaan aplikasi kepada para pedagang.
“Untuk model bisnis kami sendiri B2B. Artinya pedagang yang melayani pembeli. Kami juga akan menghubungkan antara pedagang dan pembeli. Kami sediakan iklannya, sediakan kemasannya, seragam, termasuk penggunaaan aplikasi yang mudah melalui IT kami. Jadi kami akan siapkan semua itu untuk keperluan mereka,” lanjut anak sulung dari tiga bersaudara ini.
Fajar berharap dengan adanya aplikasi Growback ini para pedagang yang selama ini berkeliling tanpa arah dan tujuan yang tepat, dapat lebih mudah dan cepat dalam mencari dan melayani pembeli. Oleh karena itu, pemasaran aplikasi ini akan ditujukan kepada pedagang yang telah memiliki manajemen terpusat (Bandar/juragan).
Selain itu, lelaki yang menjabat sebagai Ketua Tim Tekno Prima Lestari ini berharap dapat dukungan di sisi permodalan, agar dapat merekrut lebih banyak lagi pedagang sebagai mitra dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pembeli.
“Dengan adanya aplikasi ini, para pedagang yang selama ini berkeliling tanpa arah dan tujuan yang tepat, dapat lebih mudah dan cepat dalam mencari dan melayani pembeli. Selain itu, kami memprediksikan keuntungan yang Growback dapat dari beberapa sektor. Pertama pendapatan dari Playstore, artinya semakin banyak yang download kami dapat fee. Kemudian konfirmasi paket data dari internet dari pembeli diubah ke Rupiah dengan bekerjasama dengan beberapa operator. Kemudian periklanan kami kelola baik dari pedagang kecil hingga menejemen terpusat tadi,” pungkasnya.
===================
Ahmad Fajar Dwianto
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1993
- Pendidikan : S1 Menejemen, Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta
- Usaha yang dikembangkan : membuat aplikasi untuk pedagang keliling, yaitu Growback
- Jabatan : Co-founder & CEO Growback, serta Ketua Tim Tekno Prima Lestari
- Jumlah Tim : 5 orang
- Mulai Usaha : awal tahun 2019
- Prestasi : Startup Terpilih Di Program Kewirausahaan KemeristekDikti 2019
===================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post