BUMN Mesti Segera Menerapkan Digital Learning

Rina D. Pasaribu, Senior General Manager Telkom Corpu, foto bareng bersama peserta "PluggedIn, Corpu Indonesia Learn & Share" (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Konsep pelatihan dan pembelajaran daring (digital learning) pada era 4.0 Revolusi Industri pada sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) mendesak diterapkan. Selain karena tuntutan zaman, juga dikarenakan memang belum banyak BUMN yang telah menerapkan konsep digital learning.

Demikian hasil survei pada sejumlah peserta “PluggedIn, Corpu Indonesia Learn & Share”, sebuah forum digital learning yang diselenggarakan Telkom Corporate University di Bandung, baru-baru ini. Forum ini dihadiri sedikitnya 300 perwakilan dari 74 entitas (60 BUMN, 5 lembaga pemerintah, 2 universitas, dan 7 swasta).

Lien Herlina, praktisi SDM dari PT Waskita Karya menambahkan, kegiatan tersebut sangat mencerahkan. Sebab, banyak inspirasi tentang pengembangan SDM dari para nara sumber kompeten.

“Sebaiknya kegiatan digelar setahun dua kali, karena isinya bagus. Lebih baik jika bahasan lebih mengupas aplikasi yang riil dan berdampak bagi perusahaan,” imbuh Haris Tri Wahjunita dari PT Perhutani, baru-baru ini.

Annisa dari PT Dirgantara Indonesia berpendapat senada. Forum berbagi pengalaman itu sebaiknya dihelat setahun dua kali dengan tema mendatang yang mendesak terkait Era 4.0 Revolusi Industri tadi.

Menurut Rina D. Pasaribu, Senior General Manager Telkom Corpu, sebanyak 80 responden  terlibat dalam survey tersebut. Secara umum, saat ini, pelatihan konvensional masih mendominasi pada unit SDM di mayoritas BUMN.

Sebanyak 39% perusahaan mengaku masih menerapkan pelatihan konvensional, 31% konvensional dan semi digital, dan baru 30% yang telah memadukan digital learning dengan pelatihan pada umumnya.

Di sisi lain, merujuk survey tadi, 44% perusahaan sudah miliki sarana prasana digital learning namun tidak efektif digunakan. Bahkan, 44% belum punya sama sekali, dan baru 13% perusahaan yang mengaku sudah punya sekaligus efektif.

Dengan metode sekarang, tingkat kepuasan terbesar berada di angka 8 dari skor 10. Selanjutnya, diikuti oleh skor 7, 6, dan 9. Biaya pelatihan sendiri mayoritas Rp 3-5 juta per karyawan per tahun (36%) dan Rp 5-10 juta per karyawan per tahun (35%).

“Jumlah pelatihan yang diberikan kebanyakan 3 sampai 5 hari sebanyak 54%, lebih dari 5 hari itu 25%, dan kurang dari 3 hari sebanyak 21%. Melihat statistik tersebut, digital learning adalah jawaban efektivitas dan efisiensi pelatihan dan pembelajaran karyawan di BUMN,” pungkas Rina.

 

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version