youngster.id - Belakangan ini ada banyak bencana terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya ada 1.134 kejadian bencana yang terjadi selama 2018. Kondisi ini dapat diminimalisir dengan teknologi.
Perusahaan teknologi Huawei telah mengembangkan model manajemen bencana Prevention, Pre-Warning, Response, Recovery (2P2R) yang dirancang secara efektif dalam mendukung dilakukannya langkah-langkah yang tepat terkait dengan upaya pencegahan, kesiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan bencana. Untuk itu perusahaan global penyedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi ini mendorong optimalisasi dan adopsi solusi manajemen berbasis teknologi dalam sistem manajemen bencana di Indonesia.
Arri Marsenaldi Executive Product Manager Huawei Indonesia mengatakan, Indonesia berada di kawasan cincin pasifik, sehingga rentan bencana alam seperti lutusan gunung berapi, tsunami, gempa bumi. Selama 30 tahun terakhir organisasi Center for Excellence in Disaster Management and Humanitarian Assistance mencatat, Indonesia dilanda sekitar 290 bencana alam hebat setiap tahunnya.
“Terlepas dari reputasi yang mumpuni dalam penanggulangan bencana, seperti halnya beberapa negara lainnya, Indonesia pun masih dihadapkan dengan tantangan terkait sistem peringatan bencana serta respon terintegrasi dalam penanganan bencana,” kata Arri dalam diskusi dengan media, Selasa (11/12/2018) di Jakarta.
Dia menjelaskan, tantangan fundamental yang dihadapi meliputi sulitnya memprediksi bencana alam seperti gempa dan longsor, serta kurangnya kesadaran warga yang tinggal di wilayah-wilayah rentan bencana. Selain itu, adanya keterbatasan analisis data yang dapat menjadi rujukan sistem peringatan awal bencana (early warning) dan kualitas jaringan telekomunikasi yang tidak merata juga menjadi kendala dalam manajemen bencana di lokasi.
“Teknologi informasi dan komunikasi memiliki peran yang signifikan dalam manajemen bencana dan pengambilan keputusan terkait penanggulangan bencana. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem pusat komando terintegrasi yang melibatkan aspek kolaborasi antar pihak-pihak terkait, baik pemerintah pusat dan nasional, badan penanggulangan bencana terkait, serta pihak pendukung lainnya,” imbuh Arri.
Selain itu, pemanfaatan perangkat teknologi berbasis Internet of Things (IoT) seperti sensor, dan kamera pengawas, mobile base station dan jaringan eLTE, akan membantu proses pengambilan keputusan yang tepat dengan 60% lebih cepat.
Menurut Arri teknologi Huawei tak hanya dapat memprediksi bencana juga dapat mengembangkan solusi-solusi untuk mendukung proses pemulihan dan pencegahan epidemic paska bencana. Saat ini sudah ada 30 negara dan 100 kota yang mengaplikasikan model manajemen bencana 2P2R.
STEVY WIDIA
Discussion about this post