youngster.id - Pasar e-commerce Asia Tenggara (SEA) diproyeksikan mencapai US$325 miliar pada tahun 2028. Hal itu, didorong oleh adopsi pembayaran digital yang cepat dan interoperabilitas regional, membuka lebih banyak peluang dalam perdagangan lintas batas bagi bisnis.
Proyeksi itu dikemukan perusahaan riset pasar IDC dalam InfoBrief terbarunya yang ditugaskan oleh platform pembayaran global 2C2P dan Antom. Disebutkan bahwa pada tahun 2028, pembayaran digital diperkirakan mencapai 94% dari total pembayaran e-commerce di Asia Tenggara.
Agnes Chua, Managing Director Pengembangan Bisnis dan Produk 2C2P mengatakan, lanskap e-commerce Asia Tenggara berkembang dengan kecepatan yang menakjubkan. Para pedagang menyadari peluang besar yang diberikan pertumbuhan ini bagi mereka dalam mendorong pendapatan e-commerce, tetapi juga mengakui meningkatnya kompleksitas yang ditimbulkannya pada operasi mereka.
“Ini mencakup tantangan umum seperti dukungan pelanggan dan penyelesaian masalah, integrasi gateway pembayaran, dan masalah teknologi,” kata Agnes, seperti dilansir TN Global, dikutip Rabu (12/3/2025).
Disebutkan, pertumbuhan paling signifikan dapat dilihat pada pembayaran domestik (97,9%) dan dompet seluler (94,9%), yang telah berperan penting dalam memperluas jangkauan e-commerce di wilayah yang secara tradisional kurang bergantung pada kartu.
Sementara itu, pembayaran real-time (real time payment/RTP) akan mengalami pertumbuhan eksponensial pada tahun 2028, mencapai lebih dari US$11 triliun. Hal ini sudah terbukti di Singapura, di mana RTP seperti PayNow merupakan metode pembayaran ketiga yang paling banyak didukung menurut survei pedagang pada tahun 2024.
Peningkatan RTP di Asia Tenggara sebagian besar didorong oleh inisiatif pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada uang tunai dan mempromosikan metode pembayaran yang lebih murah dan cepat yang memenuhi kebutuhan konsumen dan pedagang.
Dompet seluler dan pembayaran domestik menjadi yang paling populer di seluruh Asia Tenggara. Pada tahun 2023, dompet seluler menjadi pilihan utama di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, sementara pembayaran domestik mendominasi di Singapura dan Thailand.
Tren ini berlanjut pada tahun 2024, dengan dompet seluler menjadi metode pembayaran kedua yang paling diterima oleh pedagang yang disurvei di Singapura dan Filipina serta ketiga di Indonesia dan Thailand.
Menurut laporan itu, ada juga peluang signifikan di seluruh Asia Tenggara dalam perdagangan lintas batas intra-Asia Tenggara. Pertama, peluang dalam perdagangan lintas batas karena perdagangan lintas batas intra-Asia Tenggara diproyeksikan mencapai US$14,6 miliar pada tahun 2028, pertumbuhan 2,8 kali lipat dari tahun 2023.
Khususnya, kecuali Vietnam dan Indonesia, nilai transaksi lintas batas rata-rata per pelanggan melampaui nilai domestik di pasar Asia Tenggara, yang menyoroti peluang signifikan bagi bisnis yang beroperasi di kawasan tersebut.
Kedua, dorongan perdagangan lintas batas dengan konektivitas pembayaran regional (regional payment connectivity/RPC) sebagai perdagangan lintas batas semakin didukung oleh inisiatif seperti RPC, yang diikuti oleh keenam pasar di kawasan Asia Tenggara. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat dan menyederhanakan pembayaran antarnegara, dengan fokus pada pengembangan transaksi lintas batas yang lancar, efisien, dan hemat biaya.
Ketiga, akan ada keuntungan yang lebih tinggi dalam perdagangan lintas batas. Bagi 62% pedagang Asia Tenggara yang disurvei yang menjual layanan dan produk mereka lintas batas, transaksi tersebut, rata-rata, 21% lebih tinggi daripada transaksi domestik. Para pedagang akan meraup keuntungan yang signifikan dengan melihat ke luar negeri dan membangun kapasitas mereka untuk melayani pasar tetangga.
Keempat, potensi perdagangan intra-Asia Tenggara yang belum dimanfaatkan. Meskipun pertumbuhannya menjanjikan, perdagangan intra-Asia Tenggara masih kurang dimanfaatkan, hanya mencakup sebagian kecil dari total perdagangan lintas batas di setiap pasar. Untuk memanfaatkan sepenuhnya hal ini, para pedagang harus memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang lingkungan operasi yang khas di setiap pasar sambil memanfaatkan keunggulan bersama.
Dengan menangani faktor-faktor ini secara strategis, bisnis dapat membuka potensi penuh perdagangan intra-regional dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Gary Liu, General Manager Antom, Ant International, mengatakan bahwa Asia Tenggara dengan cepat muncul sebagai pusat global untuk perdagangan dan inovasi digital.
“Seiring bisnis berkembang lintas batas, transaksi yang lancar dan efisien sangat penting untuk mempertahankan daya saing,” katanya. (*AMBS)