youngster.id - Penipuan yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan AI terus mengalami peningkatan, termasuk lonjakan sebesar 1550% pada kasus penipuan deepfake di Indonesia antara tahun 2022 hingga 2023.
Dari hasil riset VIDA Where’s The Fraud – Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud, ditenemukan lonjakan 1540% pada kasus penipuan deepfake di wilayah APAC dari tahun 2022 hingga 2023. Setidaknya, ada empat ancaman penipuan online berbasis AI yang signifikan, seperti: Social Engineering (Soceng), Account Takeover (ATO), Identity Theft (Pencurian Identitas), dan Document Forgery (Pemalsuan Dokumen).
“Penipuan digital semakin canggih, terutama dengan maraknya penyalahgunaan teknologi AI. Kami tetap berkomitmen untuk menciptakan ekosistem yang aman, di mana setiap orang dapat percaya bahwa informasi pribadi, data keuangan, dan transaksi digital mereka, terlindungi dari aktivitas penipuan,” kata Sati Rasuanto, Co-founder dan Presiden VIDA.
Untuk itu, lanjut Sati, pihaknya menyediakan pendekatan komprehensif untuk pencegahan penipuan dengan menghadirkan VIDA Identity Stack (VIS), solusi menyeluruh untuk menghadapi ancaman penipuan berbasis AI dan mampu menjamin hingga 99.9% keamanan transaksi digital melalui berbagai lapisan.
VIDA juga menawarkan VIDA Sign platform, termasuk Sign OpenAPI, yang dirancang untuk memfasilitasi penandatanganan dan pemrosesan dokumen dengan jaminan keamanan 99.9%. Dengan integrasi yang mudah ke dalam sistem yang sudah ada, solusi ini menjadikan VIDA Sign sebagai platform penandatanganan paling aman di Indonesia. Dibangun menggunakan VIDA Identity Stack, solusi ini memastikan keamanan terbaik untuk transaksi digital Anda.
“Kami menyadari bahwa hal terpenting adalah meningkatkan kesadaran dan memberdayakan konsumen secara berkelanjutan. Seiring dengan berkembangnya metode penipuan, solusi kami pun harus terus maju. Kami mengajak konsumen dan pelaku bisnis di Indonesia untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman kejahatan online berbasis AI. Dengan memprioritaskan keamanan, kita dapat membangun sistem keuangan yang lebih inklusif dan tangguh bagi Indonesia,” tutup Sati.
STEVY WIDIA