youngster.id - Sektor pendidikan telah mengalami transformasi ke digital. Meski demikian masih banyak sekolah, kampus, maupun perguruan tinggi yang belum mengimbangi perubahan teknologi yang terjadi.
Meskipun mereka punya cita-cita tinggi mewujudkan proses pembelajaran digital, 51 % responden menuturkan bahwa mereka tengah mengalami kesulitan untuk mengimbangi setiap perubahan teknologi yang terjadi.
Hal tersebut seperti disampaikan pada laporan terbaru Fujitsu, bertajuk, The Road to Digital Learning. Survei1 yang menyasar lebih dari 600 pemimpin-pemimpin IT di tingkat sekolah, kampus, maupun perguruan tinggi di tujuh negara berbeda di dunia, termasuk Indonesia, memberikan gambaran menarik mengenai kondisi ranah sistem pendidikan digital secara global.
Ash Merchant, Director of Education at Fujitsu mengungkapkan, teknologi digital hadirkan banyak peluang kepada sektor pendidikan, termasuk bagaimana mewujudkan proses pembelajaran yang makin tepersonalkan, serta proses pembelajaran mandiri yang bisa dilakukan kapanpun, di manapun, dan menyediakan umpan balik untuk setiap proses kemajuan yang telah ditempuh di dalam kelas. Solusi ini juga menawarkan kolaborasi canggih antara siswa, guru, dengan orang tua. Konektivitas, kesederhanaan, serta keamanan menjadi kunci hadirnya teknologi ini.
“Namun, survei memperlihatkan bahwa banyak institusi pendidikan tengah bergulat dengan fondasi penting ini. Bahkan tak jarang, mereka terkendala soal pembiayaan, dan bagaimana membuat proses pembelajaran digital ini sebagai kegiatan yang bisa menunjukkan return on investment yang tinggi,” kata Merchant dalam siaran pers, Selasa (4/7/2017).
Menurut survei, hal ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena banyak kendala mereka alami terutama terkait bagaimana menyelaraskan kondisi antara siswa yang makin melek teknologi dengan guru-guru mereka yang rata-rata memiliki tingkat literasi teknologi yang lebih rendah dari siswanya.
Sementara, 54 %responden menilai bahwa tingkat literasi teknologi siswa didik mereka termasuk dalam kategori ‘sempurna’ dan ‘bagus’ dan 91 % sepakat bahwa meningkatkan kompetensi digital bagi staf pengajar menjadi prioritas institusi mereka dalam jangka waktu 12 bulan mendatang. Di banyak kasus, institusi mulai fokus menyiapkan tenaga pengajar mereka dalam merengkuh metode dan solusi pendidikan digital, sekaligus sebagai enabler untuk teknologi cloud.
“Di Fujitsu, kami percaya bahwa bila kita ingin menyiapkan siswa menyongsong era digital di masa depan, kita dituntut untuk dapat menutup setiap jurang dalam proses pembelajaran digital ini – dan untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan kolaborasi yang selaras antara kalangan industri teknologi dengan kalangan pendidikan. Kami ingin menbantu institusi pendidikan menghapus seluruh kompleksitas yang menjadi kendala mereka. Ini tidak saja soal bagaimana menghadirkan teknologi dan perangkat, namun juga bagaimana mendukung tenaga pengajar dan siswa untuk dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari kehadiran teknologi baru ini, serta bagaimana menyiapkan siswa sedini mungkin agar sukses menjejaki digital workplace di masa depan,” papar Merchant.
STEVY WIDIA
Discussion about this post