youngster.id - Pandemi Covid-19 membuat sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami masalah besar, yaitu terkait pembiayaan dan menurunnya permintaan. Untuk itu pemerintah mendorong UMKM untuk melakukan adaptasi dan inovasi produk, menyesuaikan dengan permintaan market baru.
” UMKM dalam menghadapi covid ini harus melakukan adaptasi dan inovasi produk, sesuai dengan permintaan market yang baru,” ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri membahas program dan kebijakan strategis dalam penanganan dampak Pandemi Covid-19 dari sisi ekonomi, yang dilansir Antara dari Badung, Bali.
Menurut Teten, permasalahan yang dihadapi adalah terkait pembiayaan. Yang kedua, masalah menurunnya permintaan. Dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), KemenkopUKM telah menjalankan program gerakan belanja di warung tetangga untuk memperkuat warung tradisional yang mengalami kesulitan bersaing dengan jaringan ritel modern. Program tersebut, kata Teten, akan menjadi rantai distribusi pangan, dan bisa menstabilkan harga pangan.
Pada tahap awal dilakukan di Jabodetabek kerjasama dengan DGR, yang memiliki aplikasi digital untuk mensuplay kebutuhan sembako ke warung-warung.
“Kita ingin ini kedepan menjadi rantai distribusi pangan, yang bisa kita gunakan untuk keperluan stabilisasi harga pangan. Ada 3.5 juta warung tradisional. di Jabodetabek kerjasama dengan DGR, Yang punya aplikasi digital untuk mensuplai kebutuhan sembako ke warung-warung. Para warung di Jabotabek ini terganggu oleh program sembako murah, yang langsung didistribusikan ke masyarakat, sehingga para warung ini menjerit karena tidak ada yang membeli produknya. Jadi sebenarnya mungkin ke depan bisa kita integrasikan program seperti ini,” paparnya.
Program kedua adalah laman khusus UMKM dan bela pengadaan kerjasama dengan LKPP, untuk meningkatkan demand. Pihaknya mendorong Kementerian dan Lembaga mengoptimalkan belanjanya kepada sektor UMKM. Karena menurutnya, dari Rp.321 triliun anggaran, baru 18 persen kementerian dan lembaga yang membelanjakan produk UMKM.
“Ada 321 triliun, sekarang ini baru 18 persen K/L yang belanja produk UMKM. Jika dioptimasikan maka UMKM permintaan terhadap produknya. Presiden dari awal Februari sudah ada instruksikan agar K/L belanja produk UMKM dan sekarang secara teknis yang sudah dimungkinkan,” ujarnya.
Selain itu, kata Teten, pihaknya bekerjasama dengan Kementerian BUMN membentuk pasar digital BUMN. Menurutnya, belanja BUMN dibawah Rp.14 miliar untuk produk UMKM. Hal tersebut akan menaikkan marketing produk-produk UMKM.
“Yang kedua kita juga bekerja sama dengan Kementerian BUMN membuat pasar digital BUMN. Pak menteri BUMN sudah perintahkan belanja dengan dibawah Rp14 milyar bawah itu khusus untuk UMKM. ini akan menaikkan marketing untuk produk UMKM,” tambahnya.
MenkopUKM juga melaporkan penyerapan restrukturisasi dan pembiayaan investasi koperasi melalui LPDB-KUKM yang mencapai 61,34% dan ditargetkan 100% pada bulan September mendatang.
MenkopUKM Teten Masduki mengatakan, bantuan presiden produktif usaha mikro sebesar Rp.2,4 juta akan diluncurkan pada 24 Agustus 2020. Akan ada 1 juta pelaku usaha mikro yang telah siap, dan ditargetkan sebanyak 9,1 juta pada September mendatang.STEVY WIDIA
Discussion about this post